بسم اللّه الرحمن الرحيم
Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-***
"Perjodohan bakal batal kalau aku udah dapat penggantinya." Kahfi terdiam mendengar penjelasan Zaskia."Kak? Kakak bisa bantu aku?"
Pandangan Kahfi beralih pada Zaskia. Hanya sebentar, karena ia langsung mengalihkannya kembali. "Maksud bantuan kamu di sini seperti apa?" tanyanya.
Kini, Zaskia yang terdiam. Gadis itu menunduk dengan memilin jari-jari tangannya. "Kakak yang jadi penggantinya?"
Dengan lancar kalimat itu keluar dari bibir tipis Zaskia, membuat kepala Kahfi sontak kembali berputar menghadap ke arah nya. "Maksud kamu, kamu mau aku jadi penggantinya dan menikahi kamu?"
"Untuk sementara waktu? Kalau kakak gak bisa, setidaknya kakak ngaku jadi calon aku di depan keluarga aku, biar perjodohan itu dibatalkan."
Kahfi menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan jalan pikiran gadis itu. "Menikah itu bukan hal yang main-main, Zahra."
Zaskia kembali menunduk. "Aku tau, Kak. Makanya itu aku gak mau nerima perjodohannya. Aku takut berantakan. Aku takut belum mampu buat menikah."
Kahfi menghela napas panjang. "Mengaku calon di depan keluarga kamu juga bukan hal yang bagus. Secara gak langsung, kamu bohongin mereka. Nanti pas mereka tau yang sebenernya, mereka pasti bakal kecewa sama kamu."
***
"Gimana keputusan kamu, Kahfi? Coba sholat istikharah. Kita gak tau, bisa jadi memang dengan cara ini kamu menemukan jodoh kamu. Mungkin Zaskia memang jodoh kamu?"
Kahfi menggeleng. "Kahfi udah sholat istikharah sejak seminggu yang lalu, Umma. Tapi hati Kahfi bukan tertuju ke Zahra. Hati Kahfi malah semakin jauh dari Zahra."
Mendengarnya, Umma tersenyum lembut. Wanita paruh baya itu mengelus bahu putranya. "Itu jawabannya. Sebaiknya, secepatnya kamu bilang ke Zaskia. Biar dia gak nunggu kamu dan berharap ke kamu. Mungkin rasa kamu ke Zaskia selama ini cuma sebatas rasa kagum."
***
Malam ini Kahfi berniat pergi ke tempat fotocopy guna membeli bahan-bahan tugas kuliah besok. Tadinya mau sore, tapi hujan yang terus turun membuat waktunya diundur.
"Umma mau nitip sesuatu?" Kahfi menuruni tangga dengan style casualnya. Kaos putih polos dengan bawahan sarung rumahan.
Ia menyisir rambutnya dengan jari. Menghampiri sang Umma dan sang Aba yang tengah menonton televisi di ruang keluarga.
"Aba juga mau nitip gak?"
"Aba titip lem besi deh, buat benerin kabel mesin cuci."
Kahfi mengangguk. Tatapannya beralih pada Umma. "Umma?"
"Kamu lewat minimarket gak?"
Kahfi tampak berpikir, setelah itu mengangguk. "Lewat kayaknya sih."
"Yaudah umma nitip terigu sama telur dua kilo. Bentar." Umma beranjak ke dalam setelah itu kembali keluar dengan dompet di tangannya. "Ini uangnya."
"Oke." Kahfi mencium telapak tangan Umma dan Aba bergantian. "Kahfi pergi dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Kamu jalan kaki?"
![](https://img.wattpad.com/cover/325541774-288-k760640.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in sincerity (TERBIT)
Espiritual- PART LENGKAP love in sincerity versi novel bisa dipesan melalui shopee @hestheticofficial "Kebahagiaan", satu kata yang banyak sekali orang mengharapkan kehadirannya. Bahagia itu relatif, siapapun bisa menciptakannya. Termasuk, diri sendiri. Janga...