بسم اللّه الرحمن الرحيم
Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-***
luvv!
.
.
.Keesokan harinya, tepat setelah selesai mata kuliah, Kahfi langsung bergegas menuju rumah sakit. Ia baru membuka ponsel dan baru melihat pesan sang Umma yang mengatakan kalau Aila sudah siuman. Hal itulah yang menjadi alasan kenapa ia buru-buru.
Tapi sepertinya semua harus tertahan karena seseorang yang memanggil namanya.
Kahfi menoleh dan terlihat Gavin yang berlari menghampiri.
"Woi, gue daritadi manggil-manggil lo! Buset, kagak nengok-nengok." Gavin mendengus kesal.
"Kenapa?" Tak mempedulikan gerutuan Gavin, Kahfi langsung bertanya.
"Kenapa, kenapa mata lo! Tugas kelompok kemarin belum lo kumpulin? Ditanyain sama dosen, Fi!"
Kahfi diam sejenak kemudian menyengir. Ia merogoh ransel lalu mengeluarkan sebuah flashdisk. "Tugasnya di sini, tolong lo yang kumpulin deh. Gue ada urusan."
Kahfi menaruh flashdisk itu di tangan Gavin, tanpa menunggu respon dari sahabatnya itu, Kahfi langsung melangkah pamit. "Gue duluan! Assalamualaikum!"
"Eh, Fi! Kok gue?!" Gavin kembali mendengus saat Kahfi semakin menjauh. "Untung sekelompok lo, Fi! Kalau enggak, udah gue buang nih flashdisk!"
***
Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh dari kampusnya, akhirnya Kahfi tiba di rumah sakit lagi. Ia berlari di sepanjang koridor dan berhenti tepat di depan pintu ruangan Aila.
Mengatur napasnya yang sedikit memburu, tangan Kahfi terangkat memutar knop pintu hingga benda itu terbuka dan mengambil atensi orang yang ada di dalamnya.
Terlihat Umma yang duduk pada kursi samping brankar dan Aila yang bersila di atas brankar. Gadis itu terlihat tengah mengunyah makanan di mulutnya.
Kahfi diam beberapa detik di ambang pintu sampai suara Umma membuatnya sadar.
"Mau di situ aja? Sini masuk."
Kahfi menutup pintunya lagi lalu kembali melangkah hingga ia berdiri di samping Umma. "Assalamualaikum, Umma."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Baru selesai kuliahnya?"
Kahfi mengangguk. "Iya. Maaf Kahfi baru baca pesan Umma tadi."
Umma tersenyum. "Iya gak papa."
"Nyapa Umma doang? Gue gak disapa?"
Celetukan itu berhasil mengambil atensi Kahfi dan Umma. Keduanya menoleh menatap sang pelaku yang justru memasang wajah polos. Aila menaikan kedua alisnya. "Kenapa? Kok liatnya gitu banget?"
"Gak boleh?" Kahfi menimpali.
Aila mengedikan bahunya. Ia kembali memasukan satu sendok bubur ke dalam mulutnya. "Terserah sih,"balasnya.
Umma berdeham. Paham aka situasi, wanita paruh baya itu bangkit lalu menaruh buah yang sudah dipotongnya tadi di atas nakas. "Umma lupa ada urusan di rumah. Umma pulang dulu, ya? Nanti Umma balik lagi. Kahfi kamu jagain Aila dulu, ya? Aila juga buburnya harus habis, setelah ini jangan lupa minum obatnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/325541774-288-k760640.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in sincerity (TERBIT)
Spiritual- PART LENGKAP love in sincerity versi novel bisa dipesan melalui shopee @hestheticofficial "Kebahagiaan", satu kata yang banyak sekali orang mengharapkan kehadirannya. Bahagia itu relatif, siapapun bisa menciptakannya. Termasuk, diri sendiri. Janga...