31 - Tiga puluh satu

15K 2.7K 313
                                    

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-

***

Hujan yang semula hanya gemercik, kini bertambah deras. Kilat maupun petir terdengar saling bersahutan ditambah suara angin yang berhembus. Semua itu membuat kesan horor tersendiri bagi Aila.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Aila sama sekali belum memejamkan mata. Ia ngantuk tapi tidak bisa tidur. Sedangkan di sampingnya, Kahfi sudah damai dengan mata terpejam.

"Kapi..." Aila memanggil Kahfi dengan suara berupa bisikan. Gadis itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut lalu merapatkan tubuhnya pada Kahfi.

Posisi tidur mereka, Kahfi yang dekat jendela, sedangkan Aila dekat dengan pintu.

Bayangan-bayangan menyeramkan terus berputar di pikiran Aila. Gadis itu berusaha mengusir namun tidak ada hasil sama sekali. Yang terjadi malah bulu kuduknya yang merinding. Aila benci berada di situasi ini.

"Kapi, bangun..." tangan Aila yang dingin menarik-narik baju yang digunakan Kahfi berharap laki-laki itu membuka mata. Setidaknya untuk menyalakan lampu kamar yang padam. Sungguh, Aila benar-benar takut sekarang.

"Kapi--"

Duarr

Aila memejamkan mata saat suara petir terdengar. Jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya.

"Kapi, bangun!" Aila berbisik dengan suaranya yang sedikit gemetar. "Kapii, please."

Cahaya kilat kembali terlihat menerobos masuk lewat celah gorden, tak lama suara petir terdengar. Aila kembali memejamkan mata dengan tubuhnya yang mulai gemetar ketakutan. Sekilas, cuplikan-cuplikan kejadian terekam di benaknya.

"ANAK J*LANG! MATI KAMU!"

"Ayah, maafin Aila. Ayah--"

Prang

Suara-suara itu seakan terdengar jelas di indra pendengarannya membuat tangan Aila terangkat menutup kedua telinganya. Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat.

Bukannya menghilang, bayangan lain muncul hingga membuat air mata Aila turun tanpa diminta.

"Aila gak mau, Ayah, Aila gak mau."

"Dengar, kamu itu anak yang tidak tau diuntung. Untuk apa kamu hidup kalau tidak berguna? Lebih baik saya jual dan akhirnya saya dapat uang. Betul, bukan?"

"LEPASIN GUE! GUE BUKAN J*LANG!"

"Bunda... tolong Aila. Bundaa..."

"Aila takut..."

Duarr

Isak tangis Aila terdengar. Jantungnya bergemuruh, tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin mulai terlihat di pelipis gadis itu. Aila semakin menekan telinganya. "Takut... Kapii.."

"Bukannya ini yang lo mau, cantik?"

"Uangnya sudah saya transfer, berarti anak cantik ini sudah milik saya, bukan?"

Love in sincerity (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang