04 - Empat

15.1K 2.6K 79
                                    

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-

***


"Assalamualaikum, Kak."

"Iya—eh, Zahra. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Kahfi mengurungkan niatnya yang hendak melajukan kendaraan beroda duanya itu. Ia kembali menapakkan kedua kaki ke tanah.

Tatapan Kahfi mengarah pada sosok perempuan yang barusan menghampiri. Perempuan berhijab syar'i yang terus menundukkan pandangan membuat sebelah sudut Kahfi tanpa sadar tertarik.

"Ada apa, Zahra?"

"Ah in—"

"Kak Zaskia!"

Bukan hanya sang pemilik nama, Kahfi pun turut menoleh. Sosok laki-laki terlihat melambaikan tangan ke arah mereka. Ah lebih tepatnya ke arah Zaskia.

Perempuan itu terlihat memberi isyarat yang langsung dibalas anggukan oleh si laki-laki.

Kahfi hanya mengamati sampai pandangan Zaskia kembali mengarah padanya.

"Maaf, Kak. Ini aku mau minta tolong, boleh?"

Kahfi mengangguk. "In syaa Allah. Kalau aku bisa, aku bantu."

"Besok hari Ahad ada pengajian tasyakuran 4 bulanan kakak aku. Akan ada kajian islami juga nanti. Sebelumnya sudah mengundang seorang ustadz untuk pengisi materi, tapi qadarullah tadi beliau bilang berhalangan karena suatu alasan yang mendadak. Mau undang ustadz yang lain, tapi waktunya gak memungkinkan. Kakak bisa menggantikan beliau mengisi materi, tidak?" Dengan panjang lebar Zaskia menjelaskan tujuannya.

Kahfi hanya diam dengan mata memandang lurus ke depan. Melihat itu, Zaskia menaikan kedua alisnya menunggu. Perempuan itu menggaruk tengkuknya yang tertutup khimar.

"Emm, kalau kakak tidak bisa, tidak papa. Nan—"

"Bisa." Kahfi memotong. Laki-laki itu menoleh lalu tersenyum simpul. "In syaa Allah aku bisa."

"Serius, Kak?"

Kahfi mengangguk meyakinkan. "Iya. Kebetulan besok gak ada jadwal apa-apa, jadi in syaa Allah bisa. Tapi materinya tentang apa?"

Zaskia mengulas senyum. "Alhamdulillah. Untuk tema materi, nanti aku kirim ke kakak lewat email."

Kahfi kembali mengangguk. Laki-laki itu mulai menghidupkan mesin motornya. "Yaudah, nanti kirim aja. Udah tau kan nama emailnya?"

"Iya, Kak. Oh iya, nanti sekalian aku kasih alamatnya ya, Kak."

"Alamat rumah kamu, kan?"

"H-hah? R-rumah Kakak aku. Tapi—"

Kahfi terkekeh pelan melihat raut wajah kaget Zaskia. Ia menggelengkan kepalanya. "Bercanda. Iya, iya nanti kirim aja. Yaudah aku duluan, ya? Itu adik kamu juga udah nunggu."

Zaskia membungkuk sopan. "Iya, kak. Sebelumnya terimakasih ya, Kak."

Kahfi hanya mengulas senyum, sebelum ia menutup kaca helmnya lalu mengangguk pada Zaskia. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."  Motor Kahfi melesat. Dan tatapan Zaskia terus mengikuti. Bibir perempuan itu mengulas senyum. Setelahnya ia menggeleng dan terkekeh pelan.

Zaskia berbalik dan berjalan menghampiri sang Adik yang sudah menunggunya di mobil.

***

Love in sincerity (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang