22 - Dua puluh dua

15.4K 3.2K 810
                                    

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-

***

"Allah gak akan mengabaikan usaha hamba-Nya yang memang mau kembali ke jalan-Nya. Setitik usaha, bahkan hanya setitik niat saja sudah Allah nilai pahalanya."

- Kahfi Ghazi Abqary

.

Setelah selesai sholat Maghrib berjamaah, Kahfi mengajak Aila untuk tadarus Al-Qur'an sampai adzan isya berkumandang. Tapi sudah sepuluh menit berlalu hanya Kahfi saja yang membaca. Sedangkan Aila terlihat menumpu dagunya dengan tangan sembari menahan matanya yang semakin memberat.

Suara lantunan Al-Qur'an Kahfi begitu merdu dan sangat pas masuk ke telinganya hingga membuat kantuk menyerang.

Aila menegakkan tubuhnya. Menggeleng berusaha menghilangkan kantuk. Tapi bukannya hilang, matanya malah semakin memberat.

Aila menghela napas panjang. Ia menatap Kahfi dengan tatapan memelas. "Kapi.."

Kahfi tak membalas dan malah melanjutkan bacaannya. Tepat saat waqof, baru laki-laki itu menoleh. Kahfi menaikkan kedua alisnya dan terkekeh melihat wajah Aila yang tengah menahan kantuk.

"Ngantuk? Belum juga mulai."

Aila mengembungkan pipinya. "Ngantuk."

"Jangan tidur dulu, nanggung isya sebentar lagi." Kahfi mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke arah Aila. Ia mengambil meja kecil lalu menaruhnya di antara mereka. "Ayo, sekarang ngaji. Saya simak bacaan kamu."

Aila membuka matanya. Menatap Al-Qur'an yang kini ada di hadapannya, setelah itu ia bangkit. "Cuci muka dulu." setelahnya ia berjalan ke kamar mandi.

Tak ada dua menit, Aila kembali dengan kondisi matanya yang sudah terbuka. Gadis itu kembali duduk di depan suaminya.

Suami?

"Udah?" Aila mengangguk menjawab pertanyaan Kahfi. "Ayo bismillah dulu. Mulai dari juz satu ya?"

Kahfi membantu membuka lembarannya hingga sampai di juz satu. "Nih."

Aila membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman, setelah itu mulai membaca ayat demi ayat yang ada di lembaran Al-Qur'an itu. Tapi baru satu baris, Aila berhenti karena kebingungannya dalam membaca. "Ini gimana bacanya?"

Dengan lembut dan sabar Kahfi memberitahu. Terus begitu sampai satu lembar berhasil Aila lewatkan, tepat saat itu juga adzan isya berkumandang. Aila menutup mushafnya.

"Shodaqollahul'adzim." Ia menghela napas panjang lalu tersenyum. Aila menatap Kahfi. "Besok ngaji lagi gak?" tanyanya.

Kahfi tersenyum simpul lalu mengangguk, hal itu membuat senyum Aila bertambah lebar. "Nanti ajarin gue ngaji lagi ya."

"Udah jadi tugas saya, Aila." Kahfi mengambil mushaf yang mereka gunakan tadi, tapi mushaf itu lebih dulu diambil oleh Aila dan dipeluk erat oleh gadis itu.

"Ini buat gue aja deh. Boleh yaa?"

Lagi, Kahfi tersenyum mendengar perkataan gadis itu. Tanpa berpikir, Kahfi mengangguk. "Silakan."

"Serius?!" Mata Aila terlihat berbinar. "Yey! Makasih, Kapi!" Aila bangkit lalu berjalan guna menaruh mushafnya di atas nakas. Setelah itu ia kembali pada tempat awal.

Love in sincerity (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang