بسم اللّه الرحمن الرحيم
Vote dan komennya, tie!
-Semoga suka dan bermanfaat-***
.
.
Suara alarm yang berasal dari ponsel membuat sepasang mata yang semula terpejam, terbuka. Laki-laki itu memicingkan mata menyesuaikan penglihatannya yang masih buram. Ia ingin bangkit untuk duduk tapi sesuatu menimpa lengannya membuat ia reflek menoleh.
Terlihat sosok gadis yang masih memejamkan mata dengan memeluk lengannya.
Wajah gadis itu terlihat damai membuat pandangan Kahfi tak bisa teralihkan. Dengan gerakan pelan, Kahfi mengurungkan niatnya untuk bangun. Ia justru kembali berbaring dan mengubah posisinya menjadi menyamping tepar berhadapan dengan Aila.
Kahfi terkekeh saat melihat bibir gadis itu yang sedikit terbuka. "Jadi gini rasanya punya temen tidur yang halal," gumamnya.
Sebelah tangan yang tak di peluk Aila, ia gunakan untuk menjadi bantalan kepalanya.
"Kayaknya gue udah mulai gila cuma karena nih bidadari." Kahfi kembali terkekeh pelan. "Jilat ludah sendiri kan gue."
Kahfi menghela napas pelan. Ia terus menatap wajah damai Aila sampai tak lama kedua mata lentik itu terbuka.
Aila belum sepenuhnya sadar. Gadis itu bergumam tak jelas dan mengeratkan pelukannya pada lengan Kahfi. Mungkin ia mengira itu guling.
Matanya kembali terpejam. Tapi hanya beberapa detik, karena setelahnya mata itu terbuka lebar dan sang empu langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Kahfi yang melihat itu tersentak dan reflek ikut mendudukkan tubuhnya.
Kahfi mengangkat sebelah alisnya dengan mata menatap Aila yang masih melotot.
"Ai?"
Aila menoleh cepat, masih dengan mata melototnya gadis itu mengambil bantal lalu melemparnya pada Kahfi. "Lo kenapa bisa disini?! lo ngapain?! kenapa ada di samping gue?!"
"Ha?" Kahfi menangkap bantal itu lalu kembali menaruh di tempatnya. Ia mengernyit pada Aila. "Kenapa sih?"
Aila merapatkan selimut pada tubuhnya. "Kok lo bisa disini?! Lo—"
Ucapan Aila terhenti karena gadis itu teringat akan sesuatu. Matanya yang semula melotot kembali seperti biasa dan kini dahinya yang melipat. Aila tampak berpikir sedangkan Kahfi mendengus dan tetap diam menunggu jaringan gadis itu full.
Kahfi menumpu dagunya pada telapak tangan yang sikunya menempel pada paha. Ia menatap Aila. "Satu masehi kemudian..."
Aila menoleh pada Kahfi lalu helaan napas lega keluar dari hidungnya. Gadis itu mengubah raut wajahnya, ia cengengesan. "Lupa kalau udah nikah."
"Eh tapi lo gak apa-apain gue kan?! Tadi kenapa lo deket-deket gue? Lo mau modus kan?"
Kahfi mendesah pelan. Laki-laki itu memutar bola matanya malas. "Orang kamu sendiri yang meluk."
"Hah?!"
Kahfi menghela napas panjang. Ia turun dari kasur lalu melangkah ke kamar mandi. "Heh hoh!" balasnya sebelum benar-benar masuk.
"KAPII!" Aila mendengus kesal. Jujur, berada di situasi ini membuat rasa takutnya kembali hadir. Tidur di samping pria menjadi ketakutan sendiri baginya.
Aila menggeleng berusaha menghilangkan bayangan hitam di kepalanya. "Santai, La. Kapi itu suami lo. Kapi beda sama dia."
Tengah fokus menenangkan diri, Aila dibuat kaget karena pintu kamar mandi yang terbuka. Ia menoleh dan menghela napas lega. Aila mengusap wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/325541774-288-k760640.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in sincerity (TERBIT)
Espiritual- PART LENGKAP love in sincerity versi novel bisa dipesan melalui shopee @hestheticofficial "Kebahagiaan", satu kata yang banyak sekali orang mengharapkan kehadirannya. Bahagia itu relatif, siapapun bisa menciptakannya. Termasuk, diri sendiri. Janga...