🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
Pepatah mengatakan, langit itu cukup dipandang, jangan bermimpi untuk bisa memeluknya. Bagi saya, perempuan yang saya nikahi ini ibarat langit, dia terlalu terjaga untuk saya yang tidak bisa menjaga. Tapi, Allah maha baik, Allah membiarkan saya untuk bisa memeluk bahkan memiliki langit itu (istri saya)
-Al Habibie Akbar-***
Ini adalah hari pertama untuk Habibie mengajar di pesantren. Pagi-pagi sekali Jasmine sudah menyiapkan jubah suaminya.
Di depan kaca besar itu, Jasmine berdiri di sebelah Habibie. Sangat jelas terlihat jika tingginya dengan laki-laki itu sangat jauh berbeda. Jasmine bahkan hanya setara dengan lengan suaminya.
"Gus, kok Jasmine pendek sih. Perasaan kemaren Jasmine tinggi."
Habibie yang tengah merapikan jubahnya seketika tertawa.
"Nggak pa-pa, sayang. Gus Sukanya yang mungil-mungil. Lucu soalnya."
Jasmine mendongak. "Lucu apa lucu?" Tanyanya dengan bibir mengerucut.
"Lucu." Habibie mendekatkan bibirnya ke telinga Jasmine, lalu ia berbisik. "Kalau yang mungil gampang diculik. Siap-siap aja setiap malam saya culik."
Plak
Tawa laki-laki itu tambah puas ketika melihat wajah kesal istrinya. Bahkan pukulan dari Jasmine saja tidak terasa bagi seorang Habibie.
"Ini suaminya mau berangkat kerja masa dipukul."
"Habisnya Gus nyebelin." Jasmine mengulurkan tangannya ke arah Habibie. "Maafin," pintanya dengan polos.
Habibie jadi gemas sendiri. Ia menggeleng, menepis pelan tangan istrinya. Tentu Jasmine bertanya-tanya apa maksud laki-laki ini? Kenapa ia tidak menerima permintaan maafin Jasmine.
"Gus nggak mau maafin, Jasmine?" Tanyanya.
Habibie berdehem. Ia menatap dirinya dari kaca itu. Lalu, pandangannya menurun ke istrinya.
"Kamu lihat seberapa jauh jarak tubuh kamu dengan saya? Lihat di kaca!" Titah Habibie.
Dengan polosnya Jasmine menurut, ia perhatikan perbedaan tingginya dengan suaminya itu. Kemudian ia mengangguk.
"Jauh, Jasmine jadi kayak kurcaci," ucapnya dengan lugu.
Habibie menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan Jasmine. Kemudian, ia berbicara dengan sangat pelan.
"Nah, kamu tahu itu. Jangan sampai saya angkat kamu, lalu saya lempar ke kasur empuk itu. Habis kamu sama saya kalau masih berani nampar lengan saya. Mau dihajar pakai pahala, hum?"
Jasmine menelan berat salivanya. Ia jadi merinding mendengar ucapan suaminya. Dengan perasaan yang gugup. Jasmine segera menjauh dari Habibie.
"Gu-gus mending ke pesantren deh sekarang," ucapnya dengan terbata-bata.
Melihat raut ketakutan perempuan itu. Habibie merasa puas. Padahal ia tidak seseram itu.
"Yasudah, cium tangan suaminya dulu."
"Cium tangan aja, ya, jangan modus?"
Habibie berdehem seraya mengangguk.
Dengan sangat percaya Jasmine menurut. Ia mendekat ke suaminya. Ia cium punggung tangan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibie Mine (TERBIT)
RomanceSegera terbit dengan cover dan isi baru di novel🙌🏻 Tentang Al Habibie Akbar yang berstatus Gus. Namun, perilakunya benar-benar tidak seperti seorang Gus pada dasarnya. Habibie liar, bahkan ia pernah kabur dari rumah karena orangtuanya menyuruh ia...