Habibie Mine 31

20.2K 2.2K 234
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Kabar jika Al Habibie ada di dalam peristiwa kecelakaan itu benar-benar membuat Jasmine drop.

Setelah pingsan tadi, mertuanya langsung membawa Jasmine ke rumah sakit. Takut jika terjadi apa-apa. Dan bersyukur jika keadaan Jasmine dan kandungannya baik-baik saja.

Dan sekarang Al Habibie masih berada di ruang IGD. Rumah sakit benar-benar ramai karena banyaknya korban pada saat ini.

"Ning, kami minta maaf atas kecelakaan ini. Sungguh, ini di luar kuasa kami."

Jasmine yang tengah duduk di atas kursi roda hanya bisa diam. Sedari tadi ia hanya bisa menggenggam tangan Abahnya.

"Ning, tolon......"

Abi menepuk lengan laki-laki selaku satpam kampus yang bertugas hari itu.

"Sudah."

"Maafkan, kami Kiya'i."

"Kronologinya seperti apa?" tanya Abi mencoba untuk tidak memperlihatkan kecemasannya.

"Begini, Kiya'i. Kami selaku satpam tidak tahu jika di belakang gedung acara terjadi korsleting listrik. Asap baru muncul ketika sebagian gedung sudah roboh karena api besar. Padatnya anak-anak dan juga panitia di dalam ruangan membuat semuanya kesusahan untuk keluar menyelamatkan diri."

"Wallahi, Kiya'i. Kami tidak menutup pintu ruangan. Semuanya terbuka. Dan saya sempat melihat Gus Habibie pada saat itu."

"Sebenarnya beliau bisa saja menyelamatkan diri. Namun, Gus Habibie nekat membantu kami para satpam untuk menyelamatkan korban lain yang terjebak di sana. Gus Habibie jadi yang terakhir keluar pada saat itu."

Laki-laki yang mengenakan baju hitam itu mengatupkan kedua tangannya pada Abi.

"Maafkan kami, Kiya'i. Ini di luar kuasa kami sebagai satpam."

Tidak ada jawaban dari laki-laki paruh baya itu. Ummi hanya bisa duduk termenung di atas kursi tunggu. Dan Jasmine pun begitu. Ia hanya diam lirih di atas kursi roda. Abahnya lah yang kian mengusap air matanya pada saat ini.

"Jasmine mau minum, sayang?" tanya Abah.

"Makan dulu, ya, Nak."

Jasmine menggeleng kepala. Pandangannya benar-benar kosong. Ia tidak akan bisa tenang kalau Habibie belum dinyatakan baik-baik saja.

Abah berlutut di hadapan putrinya. Ia mengusap air mata Jasmine. Lalu, Abah mencium tangan putri tunggalnya itu.

"Al Habibie akan baik-baik saja, Nak. Dia laki-laki yang kuat. Dia pasti akan segera sadar dan bicara lagi dengan Jasmine."

"Dan anaknya Abah ini harus makan supaya tetap sehat. Al Habibie pasti sedih kalau istrinya tidak mau makan."

Jasmine tetap menggeleng tidak mau.

"Mas Habibie bilang dia bakal pulang cepat. Tapi kenapa malah begini? Kalau saja Jasmine tahu situasinya kayak gini, Jasmine nggak akan izinin Al Habibie untuk pergi, Bah."

Suara tangisan Jasmine langsung membuat Abah terdiam. Ia memeluk putrinya, sesekali ia cium puncak kepala Jasmine.

"Musibah nggak ada yang tahu, Nak. Ini ujian. Dan Al Habibie pasti bisa berjuang di dalam sana."

"Suaminya Jasmine, Abah. Hiks."

"Iya, Nak. Suaminya Jasmine akan baik-baik saja."

Saat itu air mata Jasmine terjun begitu saja. Segala perasaan yang ia punya benar-benar berkumpul menjadi sesak.

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang