Habibie Mine 03

38.4K 3.2K 276
                                    


🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

***

Begitu semua acara selesai, ketika datang waktu istirahat. Jasmine dan Habibie langsung dituntun untuk istirahat ke kamar. Jasmine benar-benar gugup, Habibie juga sama, tapi ia mencoba untuk terlihat biasa saja.

Ketika Jasmine duduk di depan meja rias, dari pantulan kaca itu, ia bisa melihat Habibie yang tengah duduk di atas ranjang, mata lelaki itu menatapnya dengan sangat lekat.

Merasa gugup, Jasmine mencoba untuk tidak peduli. Ia fokus membersihkan wajahnya di depan kaca itu.

"Memangnya tidak repot membersihkan muka dengan wajah yang masih memakai kerudung?" Tanya Habibie tiba-tiba.

Jasmine menatap wajah laki-laki itu dari pantulan kaca, ia tersenyum lalu menggeleng.

Di sana, Habibie tersenyum sendiri, ia bisa melihat betapa pemalunya istrinya ini. Bahkan untuk mengeluarkan suara saja, Jasmine enggan.

Habibie jadi mengingat soal dirinya yang sempat mengatakan kalau Jasmine itu gadis yang jelek. Ia juga mengingat betapa bandelnya ia selama ini, tapi Allah malah memberikan istri yang begitu terjaga seperti ini.

"Jasmine, kamu mau makan? Saya ambilkan."

"Eh, nggak usah, Gus. Saya nggak lapar kok," jawab Jasmine.

Habibie beranjak dari kasur. Ia mendekat ke arah Jasmine. Berdiri di belakang tubuh perempuan itu. Kemudian Habibie mensejajarkan wajahnya dengan Jasmine. Mereka berdua saling memandang dari pantulan kaca tersebut.

"Kamu tahu Jasmine, saya ini tidak bisa kalau tidak merokok, barang sehari saja tidak menghisap rokok, rasanya pengen marah-marah. Saya juga tidak suka dipanggil Gus, saya tidak suka jadi guru di pesantren. Entah apa tujuan saya hidup, saya bingung pada hari itu. Tapi sekarang saya jadi tahu apa tujuan saya untuk hidup."

"Apa?" Tanyanya.

"Istri saya," jawab Habibie.

Jasmine tersenyum di pantulan kaca itu. Tatapan mereka benar-benar lekat bertemu di sana. Pipi Jasmine jadi bersemu merah.

"Kenapa? Kamu merasakan ada kupu-kupu di perut mu?" Godanya yang membuat perempuan itu semakin menunduk.

Habibie memutar wajahnya untuk bisa menatap wajah Jasmine secara langsung. Tanpa sengaja, hidung mancung Habibie menggesek pipi Jasmine, tentu jantung perempuan itu berubah tidak normal.

"Kalau saya bandel jangan dipukul pakai sapu lidi, ya. Tapi kalau mau tanggung jawab buat pijitin saya nantinya, yaudah, nggak pa-pa. Silakan, Zaujati."

Jasmine menunduk dengan tawa yang ia tahan. Lalu, ia mendongak. Menatap Habibie kembali dari kaca itu.

"Saya bukan Jasmine kecil yang cerewet itu lagi. Mana berani saya mukul suami saya pake sapu lidi," ucap Jasmine dengan kekehan.

Habibie kontan ikut tertawa. Ia berdiri tegap kembali.

"Makan dulu baru salat isya, habis itu tidur. Iya?" Tanya Habibie.

Jasmine akhirnya mengangguk.

"Saya yang ambilkan, Gus."

"Saya saja. Kamu bersihkan muka kamu dulu. Kunci pintunya, supaya kamu bisa tenang lepas kerudung. Nanti saya ketok pintunya kalau mau masuk."

Jasmine terkesima. Kenapa Habibie jadi lemah lembut dan manis seperti ini. Setelah laki-laki itu keluar dari kamar, Jasmine beranjak untuk menutup pintu. Bersiap-siap untuk membersihkan sisa make up tadi.

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang