🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
•
•
Hari ini Jasmine sudah dibolehkan pulang ke rumah. Mereka semua pulang dengan keadaan bahagia. Membawa bayi kecil yang begitu lucu.
Jasmine duduk di atas ranjang dengan menggendong bayi itu. Sedangkan yang lainnya menunggu tengah berada di ruang tengah. Mengobrol.
Tiba-tiba Habibie membuka pintu kamar. Senyum lelaki itu merekah kala mendekati Jasmine.
"Masih banyak orang di luar?" tanya Jasmine.
Habibie duduk di sebelah Jasmine. Ia mencium pipi bayi itu. Lalu ia tatap Jasmine. "Sudah. Di luar sudah tidak ada orang. Abah juga lagi di pesantren sama Abi," jawab Habibie.
"Mas," panggil Jasmine dengan nada pelan.
"Dalem, Sayang?"
"Tadi Jasmine sempat dengar kalau Mas ada rencana mau ke Kuala Lumpur. Iya?" tanya Jasmine.
Tatapan Habibie yang tadi fokus pada Al Birru langsung beralih pada istrinya.
"Iya, Sayang. Tapi masih lama. Masih 5 bulan lagi. Perginya juga cuma lima hari. Sebenarnya Mas ingin menolak, tapi kalau bukan, Mas. Siapa lagi yang mau menjemput Absi di sana?"
Absi adalah adik sepupunya yang sempat tinggal di sana. Dan Absi tidak berani pulang sendirian. Walaupun ia laki-laki, tapi Absi masih belum berani.
Habibie mengusap lembut rambut Jasmine. Lalu, ia cium kening istrinya.
"Mau makan?" tanya Habibie.
Jasmine menggigit pipi dalamnya. Ia mengangguk kecil pada Habibie.
"Mau dibelikan atau dimasakin sama, Mas? Hum."
"Beli aja. Semalaman ini Mas udah begadang jaga Jasmine. Kasian kalau harus masak lagi."
Habibie mengusap lembut puncak kepala istrinya. "Yasudah, Mas pesan makanannya sekarang ya."
Jasmine mengangguk lembut. Setelah memesan makanan lewat aplikasi online. Habibie kembali mendekati Jasmine. Perempuan itu tengah memberikan ASI kepada Al Birru. Habibie hanya sibuk memperhatikan mulut mungil bayi itu.
"Itunya masih sakit, Sayang?"
Jasmine menatap Habibie. Ia menggeleng dengan senyum kecil yang ia perlihatkan.
"Mas, baju Jasmine di laundry aja, ya."
"Mas yang cuci," ucap Habibie dengan cepat.
Jasmine menggeleng tidak setuju. "Baju Jasmine kotor, Mas. Banyak darahnya. Mending di laundry saja. Kamu juga pasti cape jaga aku sama Birru semalam ini."
Dan lagi-lagi Habibie menggeleng. Ia tidak akan keberatan soal itu. Karena baginya, lelah yang Jasmine rasakan selama mengurusnya dan anaknya tidak akan sebanding dengan rasa capek yang Habibie rasakan saat ini.
"Mas nggak capek, Sayang. Kamu saja nggak capek ngerawat Mas selama ini. Masa, Mas harus bilang capek hanya karena ngurus istrinya Mas yang baru lahiran."
Habibie menggeleng kepala. Ia kecup kening Jasmine yang setelahnya, jemari Habibie membelai kedua pipi Jasmine.
"Selesai kasi Asi ke Birru, kamu tidur, ya. Biar Mas yang jaga."
"Ta...."
Ucapan Jasmine terpotong ketika dengan tiba-tiba Habibie mencium bibirnya. Bukan Habibie namanya kalau tidak mencuri kesempatan. Ia terus menikmati benda yang paling ia sukai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibie Mine (TERBIT)
Roman d'amourSegera terbit dengan cover dan isi baru di novel🙌🏻 Tentang Al Habibie Akbar yang berstatus Gus. Namun, perilakunya benar-benar tidak seperti seorang Gus pada dasarnya. Habibie liar, bahkan ia pernah kabur dari rumah karena orangtuanya menyuruh ia...