Habibie Mine 29

23.6K 2.1K 214
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Matahari terbit begitu cerah pagi ini. Setelah sholat Dhuha. Jasmine memilih untuk berjemur di taman belakang rumah.

Usia kandungan perempuan itu sudah menginjak 8 bulan. Dan ini adalah masa-masa tersulit bagi Jasmine. Ia jadi mudah capek, tubuhnya terasa pegal. Dan itu semua harus ia lewati.

Ketika Jasmine memejamkan matanya di bawah terik matahari pagi itu. Tiba-tiba saja Habibie datang dan duduk di sebelahnya.

"Minum dulu, Sayang." Habibie memberikan satu gelas air putih kepada Jasmine.

Ia mengelus perut besar istrinya. "Capek, ya?" tanya Habibie.

"Hu um. Tapi seneng."

"Adek masih nakal?"

Jasmine menyandarkan kepalanya di pundak suaminya. "Masih. Dia dari pagi nendang-nendang Mulu. Tapi kalo ada kamu dia langsung diem."

Habibie langsung menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan perut Jasmine. Jari telunjuk laki-laki itu mengetuk pelan perut istrinya.

"Hei, kamu udah berani nakal sama Umma, ha? Udah berani jahilin istri Abba? Kata Umma, kamu nakalnya pas Abba nggak ada, hum? Beraninya cuma sama Umma mu?"

Jasmine tersenyum lebar. Ia lalu mengusap rambut lebat Habibie.

"Mas."

Habibie kembali menegakkan tubuhnya kala Jasmine memanggil namanya.

Habibie mengusap peluh di wajah istrinya. "Dalem, Sayang?"

"Kapan belanja kebutuhan si Adek?"

"Maunya kapan, hum?"

"Sekarang boleh?"

Habibie berfikir sekilas. Ia menatap Jasmine sebelum akhirnya Habibie mengangguk.

"Tapi agak sore, ya, Sayang. Pagi ini Mas ada acara di kampus Qaffa. Acaranya sampai siang. Baru tadi dihubungi sama rektornya langsung. Sebenarnya Mas ingin menolak, tapi nggak enak. Rektornya temannya Abi."

Kepala Jasmine mengangguk.

"Nggak apa-apa, kan?" Tanya Habibie seraya merapikan hijab perempuan itu.

"Iya, tapi sore ya? Harus jadi!"

"Iya, Sayang, iya. Mas cepat-cepat pulang supaya banyak waktu buat perlengkapan Adek."

Jasmine langsung merentangkan tangannya. Dan dengan bahagia, Habibie memeluk tubuh mungil istrinya.

"Jasmine sayang sama, Mas Al Habibie."

"Mas lebih sayang sama kamu."

Habibie mencium puncak kepala Jasmine. Tidak lupa ia mengusap punggung perempuan itu.

"Maafin, ya. Akhir-akhir ini Mas jadi begadang karena Jasmine."

Kedua tangan Habibie langsung lepas. Ia menatap mata indah sang istri. Lalu, Habibi tersenyum seraya membelai kedua pipi Jasmine.

"Itu sudah jadi tugas, Mas. Nggak perlu minta maaf, Sayang. Harusnya, Mas terima kasih ke kamu. Terima kasih karena sudah jadi istri yang baik, jadi ibu yang hebat. Mas terima kasih sama kamu karena sudah ikhlas dan senang dalam menjaga buah hati kita ini."

Habibie tidak henti mengusap perut buncit Jasmine.

"Adek, nanti kalau Adek sudah lahir. Adek harus janji sama Abba kalau Adek akan terus jagain Umma. Kalau nanti Allah kasi kesempatan buat Abba nyaksiin perkembangan Adek sampai dewasa, Abba akan ceritain gimana perjuangan Umma saat ngandung kamu."

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang