🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
"Kamu itu amanah yang harus dijaga dengan kasih. Tidak boleh dilukai barang sedikitpun. Kamu harus dijaga dengan baik. Wallahi, Zaujati. Saya tidak akan rela kalau istri saya dilukai oleh siapapun, bahkan saya sendiri tidak boleh membentak apalagi melukai kamu, Ya Jasmine Hasyim."
-Al Habibie Akbar-****
"Assalamualaikum, istriku tersaya...."
"Waalaikumsalam anak Ummi yang tersayang."
Kedua mata Habibie langsung melotot. Hilang sudah sikap dingin nan cueknya yang selama ini Ummi kenal.
Habibie menunduk sekilas. Ia berjalan menghampiri Ummi di ruang makan. Sedangkan Jasmine berusaha menahan gelak tawanya.
"Ummi kapan datang?"
"Udah dari tadi. Mau ngantar makanan. Soalnya Ummi masak banyak."
"Kamu nggak ngerepotin menantu Ummi, kan?" Tanya perempuan itu.
Habibie langsung menggeleng. "Habibie mana mungkin ngerepotin istrinya Habibie, Mi."
Perempuan paruh baya itu tersenyum seraya mengusap kepala anaknya.
"Yasudah kalau begitu Ummi pulang dulu, Abi pasti sudah nungguin di rumah. Hari ini Ummi sama Abi ada agenda untuk menghadiri peletakan batu pertama di pesantren temannya Abi mu, Kalian baik-baik, ya."
"Iya, Mi. Hati-hati di jalan. Titip salam untuk temannya Abi," ucap Habibie.
Jasmine ikut berdiri, mengantar Ummi ke pintu serta Habibie yang mengekori kedua perempuan itu dari belakang.
"Jasmine, kalau Habibie nakal, langsung lapor ke Ummi, ya, Nak?"
Jasmine tersenyum seraya mengangguk. "Iya, Ummi."
Keduanya menunggu di pintu sampai Ummi benar-benar pulang. Setelah itu, Habibie menutup pintu dan ia mengekori istrinya dari belakang.
Kedua matanya kontan fokus melihat cara jalan perempuan itu.
"Sayang."
Jasmine menghentikan langkahnya. "Iya?" Tanyanya dengan lembut.
"Masih sakit?" Habibie bertanya dengan nada khawatir.
"Dikit. Tapi aku nggak pa-pa kok."
Melihat raut polos istrinya, Habibie jadi merasa bersalah. Ia raih tubuh mungil itu, lalu ia peluk dengan erat. Dagunya bertengger sempurna di atas kepala Jasmine.
"Maafin, saya, ya. Harusnya waktu kamu bilang sudah, saya tidak melanjutkannya lagi. Maafin, ya, sayang. Kalau kamu mau kasi hukuman, saya siap kok."
Jasmine tersenyum dipelukan suaminya.
"Udah, Jasmine nggak pa-pa, Gus. Ini, kan, normal. Besok pasti udah baikan kok."
"Jalannya susah, ya?" Lirih laki-laki itu lagi.
"Astagfirullah. Jasmine nggak pa-pa, Gus. Udah, ah, malu tauk ditanyain terus."
Jasmine melepas tangannya dari tubuh Habibie. Ia mendongak menatap wajah suaminya.
"Urusan di pesantren sudah selesai?" Tanya Jasmine dengan lembut.
"Sudah. Saya benar-benar kurang tidur, Jasmine. Kita baru tidur pukul satu pagi, pukul 3 sudah bangun lagi karena urusan pesantren. Jadi, saya tidur dulu, boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibie Mine (TERBIT)
RomanceSegera terbit dengan cover dan isi baru di novel🙌🏻 Tentang Al Habibie Akbar yang berstatus Gus. Namun, perilakunya benar-benar tidak seperti seorang Gus pada dasarnya. Habibie liar, bahkan ia pernah kabur dari rumah karena orangtuanya menyuruh ia...