Habibie Mine 19

26.6K 2.4K 278
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋


Tidak ingin membuat Jasmine semakin sakit hati, Habibie memilih untuk pamit saja dari ruang tengah itu. Ia membawa istrinya ke dalam kamar.

Di sana, Jasmine terdiam. Ia bingung harus mengatakan apa. Sampai akhirnya Habibie datang dan langsung memeluk dirinya.

"Sstttt, Mas tahu kamu sakit hati. Nggak pa-pa, sayang. Kalau Jasmine mau nangis. Mas di sini, Jasmine."

Habibie mengusap punggung istrinya. Dagunya bertengger di puncak kepala sang istri. Sedangkan Jasmine tengah berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Namun, nihil, matanya tetap basah karena menangis.

Ia mengeratkan pelukannya di tubuh lelaki itu.

"Mas...."

"Nggak pa-pa. Mas nggak larang kamu nangis. Kalau menangis bisa buat perasaan kamu lebih baik, silakan. Mas di sini, peluk kamu yang erat."

"Apa yang Buya Hambali katakan pasti buat kamu sakit hati. Mas paham, sayang."

Jasmine menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu. Suara tangisnya masih terdengar jelas di telinga Habibie.

"Jasmine?"

"I-iya, hiks...."

"Mas boleh ngomong, sayang? Atau mau ditunggu selesai nangis dulu baru kita ngobrol?"

Jasmine diam tak menjawab ucapan suaminya. Habibie mengusap kepala sang istri. Ia mencium kening perempuan itu dengan kasih.

Lalu, Habibie melepas tangan Jasmine dari tubuhnya. Ia tatap wajah istrinya yang sudah dibasahi air mata.

Tangan kekar Habibie kontan mengusap air mata itu. Ia membelai kedua pipi Jasmine.

"Udah? Mata kamu sampai merah begini."

Jasmine sudah tidak mengeluarkan suara tangis, hanya sesenggukan yang terdengar sesekali. Tiba-tiba, Habibie meraih punggung tangannya.

Kedua netra lelaki itu memperhatikan wajah Jasmine. Lalu, Habibie tersenyum seraya mencium punggung tangan perempuan itu.

"Boleh kita ngobrol, Zaujati?"

Jasmine mengangguk.

"Jasmine mau bicara atau Mas yang duluan bicara, sayang?"

Jasmine menggeleng. Ia menunjuk suaminya, seolah mengatakan jika Habibie saja yang lebih dulu. Dengan sangat peka, Habibie mengangguk mengiyakan.

"Maafin, Mas, ya. Kamu jadi nangis lagi. Dadanya sesak, ya, Sayang?"

Jasmine mengangguk. Dan Habibie langsung mengusap puncak kepala istrinya.

"Sekali lagi Mas bilang ke Jasmine. Mas nggak akan pernah ninggalin Jasmine. Mas nggak akan pernah punya istri selain Jasmine. Mas tahu kalau poligami itu Sunnah. Dan pengertian Sunnah itu sendiri adalah, dikerjakan berpahala dan ditinggalkan tidak apa-apa. Dan Mas lebih memilih mencari pahala yang lain. Lebih baik, Mas membahagiakan istri Mas ini. Karena itu juga berpahala."

"Jasmine boleh cemburu, boleh banget Sayang. Kamu cemburu, berarti kamu cinta ke Mas. Tapi yang perlu Jasmine tahu adalah, Mas nggak akan pernah hianatin Jasmine. Kamu itu jantung hatinya, Mas."

Habibie langsung menarik Jasmine untuk masuk ke dalam pelukannya. Ketika mulutnya dengan telinga Jasmine saling berdekatan, Habibie langsung membisikkan.

"Hidup saya untuk kamu, Jasmine. Cinta saya pun begitu. Kamu itu anugrah bagi saya. Ijab qabul saya hanya untuk kamu. Ingat! Hanya untuk Jasmine Hasyim. Setelah itu tidak akan ada lagi. Bahkan sampai saya tidak bernyawa, hati saya akan selalu ada kamu di dalamnya."

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang