Habibie Mine 24

25.8K 2.5K 334
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋


Pukul 4 sore keduanya langsung mandi wajib. Dilanjut untuk salat Ashar. Beruntung tidak ada orang yang datang ke rumah mereka. Kalau sampai ada, tidak tahu bagaimana nasib Habibie dan Jasmine. Mana ada orang ngelakuin begituan siang-siang panas seperti tadi.

Jasmine masih tidak memperbolehkan Habibie untuk pergi ke pesantren. Sedari selesai salat, perempuan itu selalu menempel pada suaminya.

"Mas nggak usah ke pesantren hari ini, ya."

"Iya."

"Mas?" panggil Jasmine seraya mendongak menatap suaminya.

Habibie mengusap rambut perempuan itu. Lalu, ia menaikkan kedua alisnya.

"Mas mau dengar, nggak, apa yang kemarin Ning Zhafira bilang ke Jasmine?"

Habibie langsung mengangguk. Ia memperbaiki posisinya agar Jasmine lebih bebas dalam memeluknya.

"Gimana? Dia cerita apa aja ke kamu?"

"Sebenarnya, Jasmine bingung sama diri Jasmine sendiri. Jadi suka marah-marah, ambekan, cemburuan. Aneh, kan, Mas?"

"Bukan aneh. Itu hormon ibu hamil, sayang."

Jasmine menganggukkan kepalanya.

"Mas tahu, masa Zhafira bilang kalau Mas itu masih sayang sama dia, masih punya perasaan ke dia. Zhafira bilang kalau bisa saja Mas Habibie cuma pura-pura sayang sama Jasmine. Dia juga bilang kalau dia lebih berhak atas Mas karena menurutnya dia lebih dulu kenal dengan Mas dibanding Jasmine."

Habibie fokus mendengar cerita istrinya. Sampai akhirnya ia menghela napas pelan.

"Lalu, Jasmine jawab apa? Nggak ngomong kasar, kan?"

"Enggak. Jasmine nggak ngomong kasar kok."

Habibie mengusap kedua pipi Jasmine. Ia menyelipkan rambut basah Jasmine ke belakang telinga perempuan itu.

"Bagus. Ingat, ya. Semarah apapun kita ke orang, jangan sampai bicara kasar. Jasmine harus lebih hati-hati dalam mencerna ucapan setiap orang. Jangan gampang terpengaruh, oke?"

Jasmine mengangguk.

"Yang perlu Jasmine tahu hanya soal hati Mas yang hanya terisi tiga nama perempuan. Yang pertama Ummi, yang kedua Jasmine, dan yang ketiga anak-anak perempuan kita, kelak."

"Apapun yang Zhafira katakan nantinya, Jasmine iyain saja. Supaya apa? Supaya dia diam. Tapi, Jasmine harus tetap tenang. Kalau diladeni, masalahnya nggak akan pernah selesai. Jasmine harus bisa menenangkan diri sendiri dengan selalu mengucap lafadz Allah, ya?"

Jasmine mengangguk menurut. Ia memeluk Habibie dengan begitu erat.

"Mas ada satu cerita. Mau dengar, nggak?"

Perempuan itu langsung menatap wajah suaminya. Lalu, ia mengangguk antusias. Ia memperbaiki posisi duduknya agar bisa menatap lurus wajah suaminya. Jasmine bersila di hadapan Habibie yang juga bersila.

"Cerita apa?" tanya Jasmine.

"Ini cerita Romeo dan Juliet. Sebelum cerita, Mas mau nanya. Jasmine tahu nggak siapa cinta pertama Romeo?"

"Juliet," jawab Jasmine.

"Salah!"

"Kok salah? Kan judulnya aja Romeo dan Juliet, pasti cinta pertamanya Juliet lah."

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang