Habibie Mine 46

17.1K 1.9K 208
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Hari ini Habibie akan berangkat ke Kuala lumpur seperti rencananya bulan-bulan yang lalu. Semua kebutuhan Habibie sudah lengkap. Tiket pesawat sudah diurus.

Pagi ini Al Birru jadi mudah menangis, seolah tahu jika Abbanya akan pergi meninggalkannya.

"Udah dong, Nak. Abang Birru jangan nangis lagi. Abba perginya sebentar doang," bujuk Jasmine kepada Al Birru yang terus menangis.

Sekeluarnya Habibie dari kamar mandi. Al Birru langsung merentangkan tangannya meminta untuk digendong.

"Mas, Al Birru nggak mau diem dari tadi," keluh Jasmine.

Habibie pun mengambil alih anak itu dari gendongan istrinya. Ia mengusap lembut air mata Al Birru, yang setelahnya anak itu seketika diam. Al Birru menyenderkan kepalanya di bahu Abbanya.

"Kenapa mukanya?" tanya Habibie kepada istrinya. Alih-alih menjawab, Jasmine justru menangis dan langsung memeluk Habibie yang tengah menggendong Al Birru.

"Nggak boleh pergi, hiks. Nanti kalau Jasmine nggak bisa tidur gimana?"

Guratan senyum terbit di bibir lelaki itu. Ia mencium lamat-lamat puncak kepala Jasmine.

"Mas janji kalau Mas akan pulang cepat. Nanti kalau istrinya Al Habibie ini susah tidur, telfon Mas. Supaya Mas temani sampai tidur. Ok, Sayang?"

Jasmine tidak menjawab. Ia justru mempererat pelukannya ke tubuh tinggi suaminya. Dan Al Birru juga diam di sana.

"Sebelum Mas pergi, kita ke rumah sakit dulu periksa Adek Bayi, ya?"

Jasmine mendongak menatap wajah Habibie. Kemudian ia menoleh pada perutnya yang masih rata.

"Janji harus pulang, ya? Adek bayi juga pasti nungguin Abbanya. Abang Birru juga."

Habibie mengangguk. "Nggak ada alasan buat Mas untuk nggak pulang, Sayang." Ucap Habibie kala itu sembari sebelah tangannya membelai pipi Jasmine.

"Sehat-sehat. Setelah Mas pulang, kita periksa lagi Adek Bayinya. Kita pergi juga jalan-jalan sama Abang Biyyu. Beli Brown Sugar buat Ummanya Al Birru. Siap?"

Ada anggukan kecil dari Jasmine. Sampai akhirnya mereka berangkat menuju rumah sakit untuk memeriksa kandungan Jasmine sebelum Habibie pergi.

***

Sekitar sepuluh menit lagi pesawat akan take of. Ummi, Abi, Jasmine dan juga Al Birru ikut mengantar Habibie. Di sana, Jasmine benar-benar tidak mau lepas dari pelukan lelaki itu. Karena, ini kali pertama bagi Jasmine jauh dari habibie.

Apalagi sekarang ini ia tengah mengandung. Tentu itu sangat susah baginya.

"Ssttt, Jangan sedih gini dong, Sayang. Mas, jadi nggak tega ninggalin kamu kalau begini," ucap Habibie sembari mengusap-usap punggung perempuan itu.

"Jasmine ikut, ya."

"Nggak bisa, Sayangku. Apalagi Abang Birru masih kecil. Lagi pula, Mas cuma jemput Absi. Habis itu langsung pulang. Nggak apa-apa, ya, Zaujati."

Jasmine mendongak dengan mata yang berkaca-kaca. Sampai akhirnya Habibie mengusap lembut air mata yang sempat jatuh itu.

Kedua tangan Habibie mengusap kedua sisi wajah Jasmine. Lalu, ia cium pipi perempuan itu secara bergantian.

"Jaga diri, jaga Abang Biyyu, dan juga jaga shalat. Ok?" Habibie mencium kening Jasmine, setelah itu ia meletakkan telapak tangannya di atas kepala Jasmine. Habibie memejamkan matanya sembari bibirnya bergerak membacakan do'a untuk Istrinya. Setelah itu ia kembali mencium kening Jasmine.

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang