Habibie Mine 15

31.4K 2.4K 273
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Kau harus hidup di dalam cinta. Sebab, manusia yang mati tidak dapat melakukan apapun. Siapa yang hidup, dia yang dilahirkan oleh cinta.
-Maulana Jalaluddin Rumi-


Setelah 3 jam melakukan kegiatan itu. Jasmine nampak merasa membaik. Ia duduk di depan kaca besar sembari mengeringkan rambutnya yang basah. Sedangkan Habibie masih duduk di ranjang dengan kimono putih polos di tubuhnya.

Iris mata lelaki itu mengarah ke Jasmine. Melihat rambut indah serta wajah cantik perempuan itu, Habibie jadi tidak bisa jauh-jauh dari Jasmine. Ia mendekat dan berdiri di belakang istrinya.

"Capek, nggak?" Tanya Habibie.

Jasmine tersenyum sembari menggeleng. Habibie langsung mencium puncak kepalanya.

"Berarti kalo nggak capek boleh lagi nih, hum?"

Kedua mata Jasmine langsung melotot. Ia cubit perut lelaki itu sampai sang empu meringis.

"Mesum banget. Baru juga," ujar Jasmine dengan sangat kesal.

Habibie tertawa puas. Padahal ia hanya bercanda. Ia tidak sebuas itu padahal.

"Bercanda, sayang. Mana mungkin Mas nyiksa istri Mas tersayang ini, hum."

"Heleh, kamu udah nyiksa aku. Nggak usah pura-pura lupa sama tiga jam yang lalu, ya."

"Kan sama-sama enak sayang," ejek Habibie.

"Enak di kamu enek di aku," bantah Jasmine yang membuat Habibie tertawa.

Ia gemas sendiri melihat istrinya itu.

"Lihat Mas dulu, Mas mau lihat muka marahnya. Mana coba," goda lelaki itu.

Jasmine menatap Habibie dengan mata melotot. Bukannya takut, Habibie malah mencium bibir Jasmine.

"Assalamu'alaikum, Habibie....."

Pekikan dari luar seketika membuat Habibie menghentikan aktifitasnya. Ia usap bibirnya yang sempat basah.

"Kayak suara Ummi?" Tanya Habibie.

Jasmine mengangguk.

"Kayaknya emang Ummi. Tadi pintu rumah nggak dikunci. Buruan turun, aku pakai baju dulu," ucap Jasmine.

Habibie mengangguk. Ia keluar dari kamar untuk menemui Ummi.

"Habibie."

"Di sini, Ummi." Jawab Habibie.

Sampai akhirnya ia turun dan langsung menyalim tangan perempuan paruh baya itu.

"Kenapa, Mi?" Tanya Habibie.

Bukannya menjawab, Ummi justru menatap penampilan putranya dari atas sampai bawah. Lalu, Ummi langsung memukul lengan putranya, sampai Habibie kesakitan.

"Astagfirullah, Mi. Habibie salah apa? Tiba-tiba dipukul," ringis Habibie.

Ummi melototkan matanya.

"Kamu tuh, ya. Menantunya Ummi lagi sakit malah diajak gituan. Mana mantu Ummi? Awas, ya, kalo Jasmine tambah sakit!!"

Habibie menghela napas pelan.

"Siang-siang begini? Astagfirullah, Habibie. Kamu nggak akan Ummi lepasin kalo menantunya Ummi kenapa-napa, ya."

Habibie hanya bisa mengekori Umminya dari belakang. Sampai akhirnya perempuan paruh baya itu membuka pintu kamar dan langsung memeluk tubuh Jasmine.

Di sana Jasmine sempat bingung. Ia menatap suaminya dan lelaki itu hanya bisa menahan tawanya.

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang