Habibie Mine 44

21.1K 2.2K 200
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

"Jasmine."

"Iya, Mas."

"Kopernya sudah disiapkan? Kalau belum supaya Mas yang siapkan saja."

Setelah selesai memandikan Al Birru. Jasmine keluar dari dalam kamar mandi.

"Sudah. Jasmine udah siapin semuanya. Kalau ada yang kurang, Mas tinggal bilang, ya."

Ia beralih ke atas kasur untuk memakaikan baju ke Al Birru. Anak itu baru saja membuat ulah. Setelah ia pecahkan botol parfum penggoda Ummanya. Al Birru melanjutkan misinya menghabiskan semua isi bedaknya. Sampai-sampai seluruh tubuh bayi itu putih bak ayam yang dibalur tepung.

Jangan tanya secapek apa Jasmine menghadapi Al Birru. Padahal bayi itu baru enam bulan tapi tingkahnya sudah seperti anak dua tahun.

"Al Birru. Astagfirullah. Ini Umma udah capek dari tadi bersihin lantai karena bedak, ya. Jangan sampai Umma tampar pantatnya sampai merah."

Habibie yang mendengar ancaman istrinya seketika tertawa.

"Jasmine bisa marah?" tanya Habibie dengan nada mengejek.

"Titisan kamu yang bikin aku jadi ibu-ibu galak. Lihat. Birru udah habisin parfum, ditambah dia tumpahin semua bedak. Belum lagi tadi di kamar mandi dia nggak bisa diem." Jasmine mengusap wajahnya.

Habibie jadi kasihan. Ia mendekati Jasmine dan langsung ia peluk perempuan yang tengah hamil itu.

"Mas peluk supaya capeknya berkurang, ya." Habibie mengusap lembut Surai panjang istrinya.

"Al Birru lagi aktif-aktifnya, Sayang. Ibarat jaringan. Anak kita selalu 4G. Tapi itu adalah bagian dari pertumbuhannya. Kita harus nikmati prosesnya. Mau dia nakal sekalipun. Setelah nanti dia sudah mengerti arti amarah kamu. Baru, kita beri pelajaran yang banyak. Kalau tidak mau diajar, ikuti cara Abi. Dipukul, diikat di pohon, kirim ke pesantren paling ketat peraturannnya. Ok?"

Jasmine mendongak menatap suaminya. "Mas juga dulu gitu?" Habibie mengangguk. Ia mencium singkat bibir Jasmine. "Walaupun Abi sudah keras sama, Mas. Tetap saja tidak mempan. Al Habibie tetap jadi perokok. Berubahnya Baru sekarang."

Jemari Habibie menepikan rambut-rambut kecil Jasmine ke belakang telinga.

"Mungkin, Birru baru berubah setelah nanti menikah. Kita Carikan Jasmine part 2. Supaya bisa menjinakkan kebandelannya."

Saat itu Jasmine terkekeh. "Al Birru baru enam bulan, Mas. Masa udah mikir soal cari istri."

Habibie pun ikut tertawa. Ia mengusap puncak kepala perempuan itu. Matanya tiba-tiba melirik jam. Pukul lima siang. Habibie baru berangkat besok pagi ke Kuala lumpur.

Di tengah pelukan hangat itu. Tiba-tiba saja keduanya terkejut ketika mendengar suara pecahan barang. Mereka serempak menatap ke sumber suara.

Dan, ya. Al Birru sudah kembali berulah. Ia jatuhkan gelas yang berada di atas nakas ke lantai. Sampai-sampai benda itu tidak berbentuk lagi.

Jasmine mendongak menatap suaminya dengan raut ingin menangis. Dan dengan cepat, Habibie kembali memeluk Jasmine. Ia angkat tubuh istrinya dengan posisi ala koala.

Lalu, Habibie beralih mendekati Al Birru. Ia angkat tubuh kecil bayi itu dengan sebelah tangannya. Karena sebelah lagi fokus menahan bobot tubuh istrinya.

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang