Habibie Mine 30

24K 2.1K 219
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Setelah selesai menemani Jasmine berjemur. Keduanya akhirnya memilih untuk mandi. Sebenarnya Habibie sudah mandi, namun apa boleh buat kalau laki-laki jahil itu masih ingin ikut.

Kini, Jasmine tengah merapikan sorban Habibie. Seperti ucapan laki-laki itu, tadi. Bahwa hari ini ia akan mengisi seminar di kampus Qaffa.

Habibie tidak henti-hentinya tertawa melihat Jasmine yang sekarang. Bayangkan saja, saking pendeknya perempuan itu, ia sampai harus naik ke atas kursi untuk bisa memasangkan sorban kepada suaminya.

"Mas!!! Udah dong. Dari tadi ketawa terus. Jasmine jadi susah nih pasang sorbannya."

Habibie langsung membekap mulutnya. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Jasmine saja kalau begitu.

"Ya jangan dipeluk gini juga dong Mas Al Habibie. Jasmine nggak bisa lihat mukanya kalau begitu," keluh Jasmine lagi.

"Maunya gimana, Sayangku?" tanya sang suami.

Jasmine mendengus kesal. Ya Tuhan. Pagi-pagi begini ia sudah dibuat sibuk oleh laki-laki ini. Jasmine sudah seperti mengurus anak TK yang ingin berangkat ke sekolah.

"Gini!" Titah Jasmine yang sudah menegakkan tubuh Al Habibie.

Habibie diam di tempat. Ia sudah tidak lagi berulah. Sampai akhirnya sorban putih itu bertengger sempurna di kepala laki-laki tersebut.

"MasyaAllah. Suami aku ganteng banget." Jasmine langsung mencium sudut bibir Habibie.

"Ingat, ya, Mas. Jaga pandangan! Di kampus bakalan banyak cewek-cewek cantik. Mas jangan sampai ke goda."

"Iya, Sayang. Di hati Al Habibie hanya ada Jasmine."

Perempuan yang masih berada di atas kursi itu menyipitkan matanya menatap Al Habibie.

"Awas! Perempuan itu makhluk paling berbahaya. Setiap ngeliat cewek cantik, Mas harus ingat kalau istri Mas lagi hamil besar. Bentar lagi kamu mau jadi bapak-bapak. Jangan khilaf!!!"

Habibie tertawa mendengar ucapan istrinya. Apakah Jasmine setidak percaya itu padanya? Dan Habibie langsung mengangkat tubuh istrinya ke bawah. Sampai akhirnya, Habibie membelai kedua pipi Jasmine.

"Hei, bagaimana bisa Al Habibie berpaling dari perempuan paling cantik ini, hum?"

"Mana tau!"

"Kalau kamu mau tahu, nama Jasmine itu selalu menggema di sini. Susah buat saya jatuh cinta, terkecuali sama kamu." Habibie meletakkan telapak tangan Jasmine di dadanya.

"Jadi, istrinya Mas ini nggak boleh soudzon. Harus apa?"

"Husnudzon."

Habibie mengusap puncak kepala Jasmine. "Pinter."

"Tapi nanti cepat pulang, ya! Kan udah janji buat belanja perlengkapan Adek yang mau lahir."

"Iya, Sayang, iya. Mas cepat pulang."

Tiba-tiba saja Jasmine memeluk tubuh Al Habibie. Apa istrinya benar-benar mellow hanya karena Habibie akan mengisi seminar 5 jam? Habibie pikir tidak!

Tangan kekar berbalut jam tangan itu kian mengusap punggung sang istri.

"Kenapa, hum?"

"Pengen dipeluk gini aja sama Mas."

"Iya, nanti kalau sudah pulang, Mas langsung peluk yang lama, ya, Khumairah."

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang