Habibie Mine 04

38K 2.9K 183
                                    


🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

***


Setelah selesai makan. Habibie beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tangannya. Sedangkan Jasmine sudah pergi keluar untuk mengantar piring kotor tersebut ke dapur.

Sekeluarnya Habibie dari kamar mandi, ia tentu bingung. Kemana istrinya?

"Jasmine?" Panggilnya sembari berjalan menuju balkon kamar.

Tidak mendapati Jasmine di sana, Habibie mencoba keluar dari kamar. Di rumah itu hanya ada mereka berdua. Keluarga yang lain serta Abi, Ummi memilih menginap di rumah yang lain. Entah apa tujuannya.

"Jasmine," panggil Habibie lagi.

Ketika ia sibuk mencari Jasmine, tiba-tiba ia mendengar suara kran menyala dari dapur. Habibie tersenyum, ia berjalan menuju dapur. Sesampainya di sana, ia bisa melihat Jasmine yang tengah berdiri di depan wastafel, ia sepertinya belum mendengar kalau Habibie memanggilnya. Dengan langkah yang sangat hati-hati, Habibie mendekati Jasmine.

Ia berdiri di belakang perempuan itu, kedua tangan kekarnya tiba-tiba melingkar di pinggang ramping milik Jasmine, tentu kelakuan laki-laki itu membuat Jasmine kaget.

"Astagfirullah," pekik Jasmine.

Alih-alih merasa bersalah, Habibie justru tersenyum jenaka di belakang istrinya. Mendengar suara tawa laki-laki itu, Jasmine baru mulai tidak ketakutan. Ia putar badannya untuk bisa melihat wajah Habibie.

"Gus!" Panggilnya dengan nada menegur.

Kedua tangan Habibie masih melingkar di pinggang Jasmine. Ia masih tertawa melihat ekspresi kaget istrinya.

"Jasmine kaget, Gus."

"Haha, maaf, Jasmine. Saya cuma iseng. Dari tadi saya panggil kamu, tapi tidak disahuti."

Jasmine menghela napas. Baru saja detak jantungnya mulai normal karena tidak ketakutan lagi. Namun, dengan jahilnya, Habibie menarik pinggang Jasmine ke hadapannya, sampai tubuh perempuan itu terbentur ke dada Habibie.

Dari jarak yang paling dekat itu, Habibie menggesekkan hidungnya ke hidung Jasmine.

"Saya boleh bilang sesuatu," ucap Habibie.

Jasmine semakin sulit menelan ludahnya ketika Habibie menarik tubuhnya dengan sangat keras.

"Bo-boleh, Gus."

Habibie mencolek hidung Jasmine. Kemudian, ia mengatakan.

"Susah untuk saya jatuh cinta kepada perempuan. Saya ini keras kepala. Ketika tahu bahwa kita dijodohkan, saya marah. Saya tidak suka dijodohkan. Kamu tahu Jasmine, saya juga bilang kalau kamu jelek waktu itu. Maafin saya."

Jasmine tertawa kecil. "Iya, Gus. Saya maafin. Sekarang gimana? Masih jelek?" Godanya.

Habibie tersenyum. "Mana ada bidadari yang jelek. Kemarin-kemarin saya lagi ngaco. Makanya ucapannya ngelantur."

"Berarti Jasmine cantik?" Tanya perempuan itu.

Tiba-tiba saja Habibie mencium pipi Jasmine.

Cup

Setelah ia lepas bibirnya dari pipi perempuan itu. Habibie tersenyum.

"Cantik! Kewarasan saya bahkan sudah hilang setengah ketika melihat wajah kamu, Jasmine. Benar kata orang, perempuan itu makhluk yang paling berbahaya."

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang