Habibie Mine 23

24.1K 2.3K 270
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

"Bagaimana, Dok?" tanya Habibie setelah Dokter memeriksa kandungan perempuan itu.

"Beruntung Bapak cepat membawa istri Bapak ke rumah sakit. Benturan yang terjadi masih cukup ringan, sehingga janin yang di dalam bisa terselamatkan. Tapi, saya minta tolong untuk terus menjaga istri Bapak. Ini sangat berbahaya, Pak. Apalagi janinnya masih enam Minggu."

"Iya, Dok. Kami akan lebih hati-hati lagi kedepannya," jawab laki-laki itu.

"Yasudah, saya akan buatkan resep obat sekaligus vitamin untuk Ibu Jasmine. Setelah itu pasien boleh pulang dan istirahat di rumah."

"Baik, terima kasih sekali lagi."

Setelah sang Dokter  berlalu pergi dari ruangan itu. Jasmine langsung menunduk ketakutan. Habibie benar-benar terlihat marah. Laki-laki itu terlihat menakutkan ketika diam begini.

Sampai ketika mereka sudah di jalan pulang. Habibie masih terus mendiamkannnya. Dan laki-laki itu tidak memberitahu Abi dan Ummi. Ia takut keduanya terlalu khawatir.

"Mas," panggil Jasmine.

Habibie sama sekali tidak membuka suara. Ia diam.

"Maafin, Jasmine. Iya, tau, Jasmine kelewatan. Please, maafin."

Merasa tidak digubris, perempuan itu mendekatkan wajahnya ke wajah Habibie. Namun, pandangan laki-laki itu masih fokus ke jalan raya.

"Nggak mau ngomong sama Jasmine? Masih marah, ya? Jasmine minta maaf lagi."

Habibie menghindar. Ia hanya berdehem. Sampai akhirnya Jasmine diam. Ia kembali duduk dengan benar di kursinya. Menunduk seolah meratapi kesalahannya.

"Mas?"

Habibie melirik ke arahnya. "Mau minum?" tanyanya ke Jasmine.

Perempuan itu menggeleng. "Mau minta maaf," lirih Jasmine.

Tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Sampai akhirnya mobil mereka sampai di depan rumah. Sekeluarnya dari sana. Habibie langsung membuka pintu mobil Jasmine. Ia menggendong tubuh istrinya untuk masuk ke dalam rumah.

Jasmine mengetuk-ngetuk dada laki-laki itu. Matanya menatap erat mata Habibie. Hingga akhirnya Habibie merebahkan tubuh istrinya ke atas kasur.

Ketika Habibie hendak pergi, Jasmine langsung menahan tangan suaminya. "Maafin, Jasmine," lirihnya.

"Lepasin dulu tangannya. Saya mau membuat susu buat kamu. Belum minum susu?"

Jasmine menggeleng.

"Maafin dulu!"

"Jasmine!" panggil Habibie dengan nada menegur.

Cukup hati-hati, perempuan itu mulai melepas tangannya dari Habibie. Sepertinya, suaminya itu benar-benar marah kepadanya.

"Jasmine tahu Jasmine salah. Harusnya Jasmine nggak marah-marah ke Mas. Apalagi sampai bahayain anak kita. Aku minta maaf, Mas."

Habibie datang membawa satu gelas susu ibu hamil kepada istrinya. Ia membantu jasmine untuk duduk dengan benar.

"Habisin," ucap Habibie.

Jasmine menenggak susu itu sampai habis. Ia kembali memberikan gelas tersebut ke suaminya. Dan di sana, Habibie langsung mengusap bibir Jasmine yang belepotan karena susu itu.

Habibie Mine (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang