🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
•
•
Ini sudah malam. Dan Habibie masih berada di rumah Abah. Sedari tadi Jasmine masih tidak mau bicara dengannya.Ketika perempuan yang tengah hamil itu tengah berada di meja makan. Habibie langsung menghampiri istrinya.
"Sayang....."
Kedua bola mata Jasmine memutar malas. Ia tidak mau menatap suaminya.
"Maafin, Mas, ya. Ini semua salah, Mas. Harusnya Mas cari tahu dulu bagaimana kebenarannya. Harusnya Mas nggak nuduh Jasmine yang macam-macam. Maafin, ya, sayang."
Alih-alih menjawab, Jasmine justru semakin lahap memakan mie goreng buatannya sendiri tersebut.
Habibie yang duduk di sebelah Jasmine hanya bisa memasang wajah lirih. Ia menjatuhkan wajahnya di atas meja tepatnya di sebelah piring Jasmine.
"Istrinya Habibie, maafin suaminya dong. Tidak baik diemin suami seperti ini. Dosa kalau lebih dari 3 hari. Mas janji akan lebih baik kedepannya."
"AARGKH!!!" teriak Jasmine yang seketika membuat Habibie kaget.
"Kenapa?" tanya laki-laki itu.
Jasmine malah menangis sembari mengipasi mulutnya dengan tangannya. Ia menggigit lengan Habibie dengan tiba-tiba sampai laki-laki itu meringis kesakitan.
"HUWAAAA!!!"
"Kenapa? Mau apa, sayang?" Habibie semakin panik.
Lalu, Jasmine menunjuk mulutnya. Dan saat itu Habibie langsung paham. Ia mengambil minum dan langsung ia berikan kepada istrinya.
"Minumnya pelan-pelan, ya."
Setelah meneguk habis minum itu. Jasmine menatap Habibie. Wajahnya masih basah sebab air mata kepedasan itu.
"Kamu, kan, nggak bisa makan yang pedas-pedas, sayang. Jadi panas, kan, bibirnya. Udah, mienya jangan dihabisin lagi, ya." ucap Habibie seraya mengusap air mata istrinya.
"Kamu nyalahin aku?"
Habibie tersentak kaget. Ia menggeleng tidak menyetujui ucapan istrinya.
"Bukan, sayang. Bukan! Kapan sih istrinya Habibie ini salah, nggak pernah!! Yang salah itu cabenya, kenapa cabe harus pedas. Harusnya manis, kan, ya."
Jasmine mengerucutkan bibirnya. Ia menatap mienya yang masih banyak. Lalu, ia menatap Habibie.
"Minta tolong habisin. Aku udah nggak kuat. Kasian mubadzir."
Jujur saja, Habibie juga tidak jago makan yang pedas-pedas. Melihat mie Jasmine saja sudah membuat ia sakit perut.
Namun, apa boleh buat. Habibie lebih baik menurut daripada harus melihat Jasmine marah-marah lagi.
"Yasudah. Mas yang habisin supaya tidak mubadzir, ya, sayang."
Jasmine mengangguk. Ia hanya menonton Habibie yang tengah makan.
Setelah selesai, Habibie mengantar piring tersebut ke wastafel, tidak lupa ia cuci piring serta gelas yang baru mereka pakai.
"Jasmine," panggilnya.
"Aku masih marah!"
Habibie langsung memutar badannya demi menatap sang istri. Ia mengeringkan tangannya yang setelahnya ia kembali duduk di sebelah Jasmine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibie Mine (TERBIT)
RomanceSegera terbit dengan cover dan isi baru di novel🙌🏻 Tentang Al Habibie Akbar yang berstatus Gus. Namun, perilakunya benar-benar tidak seperti seorang Gus pada dasarnya. Habibie liar, bahkan ia pernah kabur dari rumah karena orangtuanya menyuruh ia...