--o0o--
Dokter Azizah adalah seorang wanita paruh baya yang ramah. Senyum simpatik keibuan selalu terulas di bibir. Rupanya saran teman Jata tidak salah. Puput merasa nyaman dengan dokter tersebut.
Dokter Azizah menanyakan beberapa hal kepada Puput. Gadis itu menjawab dengan lancar. Setelah sesi tanya jawab berakhir, dokter berwajah bulat dan berpipi cubby itu meminta untuk memeriksa Puput. Jata sudah khawatir bila istrinya menolak. Di luar dugaan, Puput pasrah saja naik ke ranjang pemeriksaan yang ternyata berbeda dari ranjang periksa biasa. Ranjang khusus itu memiliki dua sandaran untuk menaikkan kaki.
Puput mengernyit saat diminta meletakkan betis di sandaran tersebut. "Masa, sih, kaki saya harus naik ke situ? Malu, Dok!"
"Nggak usah malu. Pemeriksaannya cuma sebentar, kok," sahut Dokter Azizah dengan logat Jawa yang ramah.
"Sakit, Dok?"
"Nggak sakit. Cuma diperiksa saja."
Jata memperhatikan dengan mengelus dada. Puput benar-benar mirip anak TK. Di mana perempuan anggun nan lembut yang dulu dipikirnya cocok sebagai ibu bagi anak-anaknya kelak?
Puput menoleh ke suaminya, berharap mendapat dukungan. Akan tetapi hanya pandangan tajam yang diterima. Dengan sangat malu, Puput mengangkat kedua kaki ke sandaran. Pasrah sudah, seluruh area kewanitaannya terbuka total.
"Belum pernah berhubungan sama sekali?" tanya dokter Azizah.
Puput menggeleng. "Belum pernah."
"Kalau begitu, saya periksa dari dubur, ya. Tahan sebentar." Dokter bertubuh subur tersebut memasukan satu jari ke dubur untuk memeriksa. Matanya melebar seketika. "Hm, masih utuh. Wah, ini langka," ujarnya. "Mari sini, Mas Jata."
Jata mendekat. Matanya mengikuti arah tunjuk sang dokter.
"Selaput tipis ini namanya selaput dara. Punya istri Mas ini bentuknya langka, seperti saringan."
Jata berkedip melihat benda yang seumur hidup baru sekali itu dilihat.
"Mbak, kalau haid sakit, nggak? Keluarnya lancar?"
"Sakit, Dok. Mengganjal banget di kemaluan."
"Hm, itu karena bentuk saringan ini menghalangi darahnya keluar dengan lancar."
Dokter kemudian memeriksa organ dalam Puput dengan USG sebelum mempersilakan gadis itu turun. Setelah pasangan suami istri muda itu duduk di hadapan, ia menjelaskan beberapa hal.
"Semuanya bagus. Seharusnya tidak ada masalah untuk berhubungan seksual." terang sang dokter.
"Soal bentuk selaput dara tadi, apakah berbahaya, Dok?" tanya Jata.
"Tidak. Selaput dara juga bagian tubuh, sama seperti hidung, telinga, dan lain-lain. Kalau yang lain bentuknya bervariasi, selaput dara juga begitu. Malah ada perempuan yang dilahirkan tanpa selaput dara. Semuanya itu normal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Percobaan 44
ParanormalJata benar-benar kehilangan kesabaran. Setelah enam bulan menikah, Puput tetap perawan. Tentu saja, harga dirinya sebagai lelaki jatuh bagai keset kaki. Hati Jata semakin tersayat manakala membaca catatan kegagalan percobaan-percobaan mereka. Percob...