63. Janji Dengan Asrul

167 14 5
                                    


"Masih kami selidiki. Ada apa?"

"Oh, syukurlah kalau begitu. Begini, Pak. Saya punya teman indigo, dia bisa membantu untuk masalah-masalah seperti ini."

Jata langsung berdecak. Ia malas berurusan dengan para dukun.

"Dia bukan dukun. Dia indigo, orang yang mata batinnya terbuka sehingga bisa melihat hal-hal gaib. Dia tidak pernah mau dibayar."

"Nah, menarik ini," sahut Matias. "Dia bilang apa?"

"Dia bilang, ada kekuatan gaib yang punya niat tertentu pada kami berempat; saya, Jata, Wina, dan Puput."

"Yah, saya pun sudah menduga seperti itu. Tapi masa dengan Wina juga? Apa kaitannya?" tanya Matias dengan mata melirik pada putranya seolah menuduh, Kamu masih berhubungan dengan dia?

Kontan Jata melengos dengan kesal.

"Nah, itu dia. Teman saya tidak bisa mendeteksi tanpa ketemu Jata."

"Yuk, kita ketemu dia," ajak Matias spontan. Lelaki itu langsung dihujani tatapan tak percaya oleh sang putra. "Oh, ya, dia tahu apalagi?"

"Sebenarnya ada dua kekuatan yang akan beradu. Satunya dari Riam Kanan, penguasa baru. Satunya dari barat, penguasa purba. Entah bagaimana, perang itu akan melibatkan kami berempat, Pak."

Matias semakin tertarik. "Penguasa barat itu, apa bentuknya?"

"Naga dan buaya gaib."

"Wah, pas banget tuh penerawangan temanmu. Yuk, kita temui dia. Kamu kosong sore ini?" Matias langsung membuat janji.

Wajah Asrul langsung cerah. Mengabaikan Jata yang jelas-jelas memasang ekspresi keberatan, dia menjawab, "Kosong, Pak. Sebentar, saya telepon dia dulu. Maklum, masih muda. Takutnya dia jalan ke mana gitu."

Asrul tidak menunda untuk menghubungi Deka. Ia senang karena Deka bersedia bertemu dengan mereka sore itu.

"Kalau begitu saya tunggu di rumah sehabis jam kantor," kata Asrul. Bila akan ke Banjarmasin, rumah Asrul akan terlewati.

"Oke!" jawab Matias riang.

Jata melengos lagi dengan kesal. Ia malas harus bolak-balik ke Banjarmasin dalam satu hari. Sebenarnya, ia ingin segera masuk ke kamar dan menemui tubuh mungil harum yang menggemaskan. Ah, Puput semakin cantik saja!

Mereka berpisah di tepi jalan. Asrul kembali ke posnya, sedangkan Gani, dan Matias mengikuti Jata ke kantornya.


________________________________

[1] Cil = dari kata acil, bahasa Banjar, yang berarti tante

Percobaan 44Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang