Cengkeraman Fitri di leher Asrul terasa sangat ketat. Sekuat apa pun melerai, tangan itu tetap melekat di sana. Wajah Asrul menjadi merah kebiruan karena kekurangan oksigen.
"Hmmmmph! Hmmmmph!" Asrul masih bisa melawan. Dengan sisa tenaga, kakinya terangkat lalu menendang dada gadis itu dengan sekuat mungkin. Usaha itu membuahkan hasil. Tubuh Fitri terpelanting ke belakang dan terjerembap ke lantai. Cekikannya terlepas. Asrul segera menghirup udara dengan kasar.
Kebebasan itu hanya sementara. Fitri bangkit dari lantai dengan perlahan. Ia menatap tajam. Asrul menelan ludah. Mata gadis itu merah membara! Ia berniat melarikan diri, namun gadis itu jauh lebih cepat. Dengan meloncat, ia naik ke ranjang dan duduk di atas perut Asrul. Kedua tangannya kembali mencekik pemuda itu.
Asrul berusaha melawan. Ia menendang-nendang sekuat tenaga. Tangannya berusaha melerai tangan Fitri yang melingkar di leher. Namun sayang, lengan itu bagai besi, keras dan kuat. Asrul hampir kehabisan napas. Wajahnya memerah, lidahnya keluar dan matanya membelalak.
Dalam beberapa detik, gerakan Asrul melemah. Wajahnya mulai membiru. Di saat genting itu, muncul bayangan kelabu panjang menerjang Fitri. Gadis itu terlempar dari atas ranjang kemudian tersungkur tak sadarkan diri di lantai. Dari dalam tubuhnya keluar sosok perempuan berjubah hitam dan bertanduk panjang. Seekor buaya raksasa tiba – tiba berada di kamar itu dengan mulut menganga.
Sosok itu melesat pergi dengan gesit. Buaya raksasa mengejar dan berhasil menangkap sosok hitam itu lalu berusaha meremukkannya dengan rahang yang besar. Namun sosok perempuan itu jauh lebih kuat. Dengan sekali cakar, buaya itu terpelanting dan jatuh dengan suara keras. Benturan itu sampai menggetarkan lantai.
☆☆☆
Deka melajukan mobil menuju rumah sakit di mana Asrul dirawat. Jata telah pergi meninggalkan mereka untuk kembali ke tempat latihan. Saat mendekati rumah sakit, tiba-tiba naga yang menjaga mereka gelisah. Sebuah bayangan putih, yang ternyata juga seekor naga putih, melintas mendahului mereka, menuju rumah sakit.
"Sial!" Deka mengumpat.
"Ada apa?" tanya Puput.
"Nggak tahu, Put. Perasaanku nggak enak. Kita harus segera sampai di tempat Bang Asrul."
Mobil dilarikan secepat mungkin. Begitu sampai di rumah sakit, Deka segera meminta informasi kamar perawatan Asrul. Begitu mendapat nomor kamarnya, ia berlari secepat mungkin ke kamar itu. Puput berusaha mengikuti, namun tidak dapat mengimbangi laju lari pemuda itu. Ia tertinggal jauh di belakang.
Kamar itu tertutup. Deka membukanya dengan paksa. Ia terbelalak, karena begitu masuk, bukan kamar biasa yang nampak, melainkan medan laga gaib. Seekor buaya raksasa sepanjang sepuluh meter terkapar tak berdaya. Di tempat lain, seekor naga putih tengah bertempur melawan seorang perempuan bertanduk yang berjubah hitam. Melihat mata yang merah menyala milik perempuan itu, Deka segera tahu bahwa makhluk itu dikirim untuk membinasakan Asrul.
Deka yakin sosok itu bukan Kanaya. Ia hafal dengan senyum dan suara perempuan jadi – jadian yang satu itu. Akan tetapi, melihat tanduknya yang panjang, Deka yakin makhluk ini setingkat dengan Kanaya. Itu berarti dia salah satu dari lima panglima tertinggi Matang Kaladan!
Astaga! desah batin Deka. Mereka telah mengirim panglima untuk membunuh Asrul!
Deka terpaku di tempat. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Selama ini ia mengobati orang dengan meraba auranya dan menyalurkan prana. Ia tidak pernah menggunakan prana sebagai senjata.
"Heaaahh! Heyaaahhhh!" Makhluk itu menyerang naga dengan gencar. Tubuhnya bergerak sangat cepat sehingga menyerupai kilasan berwarna hitam. Naga putih melawan dengan menggigit, dan menyemburkan awan api. Ekornya menyapu ke arah lawan berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Percobaan 44
ParanormalJata benar-benar kehilangan kesabaran. Setelah enam bulan menikah, Puput tetap perawan. Tentu saja, harga dirinya sebagai lelaki jatuh bagai keset kaki. Hati Jata semakin tersayat manakala membaca catatan kegagalan percobaan-percobaan mereka. Percob...