Dengan nanar, Wina memandang suaminya masuk ke kamar lalu merebahkan diri di kasur. Ia sudah susah-susah minta cuti untuk menenangkan diri. Sekarang, alih-alih mendapatkan ketenangan, justru masalah lama datang."Win!" panggil Dedi dari dalam kamar.
"Apa?" jawabnya dari ruang tengah.
"Kenapa AC-nya mati?"
"Masa, sih?"
"Coba kamu lihat sendiri kalau nggak percaya."
Tanpa curiga, Wina masuk ke kamar. "Mana remote-nya?"
"Nih!" kata Dedi seraya mengulurkan benda berbentuk batang berwarna krem.
Tanpa menyadari bahaya yang mengancam, Wina mengambil remote dari tangan Dedi, lalu berbalik untuk menyalakan pendingin ruangan. Karena melakukan itu, posisi tubuhnya menjadi membelakangi suaminya. Dengan gerakan cepat, Dedi mendekap dan mengunci tubuh Wina. Dibawanya rebah ke kasur.
"B-Baaanggg? Mau apa kau?" Wina berusaha melawan, namun kekuatan Dedi bukan tandingan. Mulutnya dibekap sehingga teriakannya tertahan.
"Hmmmmphhh!" Wina menendang, menggeliat, serta meronta sekuat tenaga. Di satu saat, Dedi lengah. Sebuah tamparan keras membuat pipi lelaki itu panas dan kepalanya pening.
"An-jiiiing! Perempuan jalang! Kurang ajar kau!" Dedi kalap mendapat perlawanan itu. Sebuah pukulan keras di wajah membuat Wina lemas dan pusing. Ia nyaris pingsan. Suaminya bergerak cepat. Ia mengambil kain dari lemari lalu mengikat tangan serta kaki istrinya ke ranjang.
"M-mau apa kau?" Mata Wina menjadi awas saat menyaksikan Dedi melucuti bajunya satu demi satu. Ia berontak, namun tak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya tergolek tanpa busana.
Dedi pun turut melepaskan baju dan celana. Setelah itu, ia menurunkan wajah hendak mencium bibir seksi istrinya. Wina yang merasa jijik meludah hingga mengenai mata lelaki itu. Tentu saja Dedi murka. Segera disumpalnya mulut perempuan itu.
Kini Dedi leluasa menjamah istrinya tanpa gangguan. Ia menyeringai. Tangannya merayap dari ujung kaki Wina secara perlahan. Tubuh itu benar – benar molek. Setelah berbulan -bulan berpisah rumah, ia sangat merindukannya! Tangan yang panas itu bergerak semakin ke atas, menyusuri kaki jenjang yang putih. Perlahan-lahan, hingga berhenti di pangkalnya.
Seluruh tubuh Wina menggigil karena sentuhan itu. Ia tahu apa yang akan dilakukan lelaki itu. Karena menderita gangguan seksual, Dedi menggunakan segala cara untuk memasuki dirinya. Bila hanya jari, ia masih bisa menerima. Akan tetapi, benda-benda lain pun turut digunakan! Agaknya lelaki itu baru bisa mencapai kenikmatan dengan menyaksikan penyiksaan yang ia lakukan pada organ vital istrinya.
Wina mengerang menahan nyeri. Sementara suaminya, mengerang karena merayap menuju puncak kenikmatan dengan mengacak kasar lubang istrinya dengan jari. Tak lama kemudian, gigi dan lidahnya menggantikan jari. Sesudah itu, biasanya Dedi akan menggunakan benda-benda keras yang lain.
Wina hanya sanggup menangis tanpa suara saat Dedi melakukan keinginannya. Lelaki itu akhirnya mengejang disertai lenguhan keras. Sesaat kemudian, ia melemas dan ambruk di sisi istrinya. Ia terbaring di sana dengan napas terengah-engah dan senyum kepuasan.
Setelah menguasai diri kembali, Dedi duduk di samping ranjang dengan wajah dingin. "Itu untuk kenakalanmu memasukkan dukun sialan itu pagi-pagi."
Wina meronta.
"Capek ya, disumpal begitu? Sesakkah?" tanya Dedi lembut seraya membelai pipi sang istri. "Aku buka, ya? Tapi jangan bawel. Janji?"
Wina mengangguk. Dedi tersenyum senang. Dilepasnya sumpalan mulut dan langsung mengunci bibir perempuan itu dengan pagutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Percobaan 44
ParanormaleJata benar-benar kehilangan kesabaran. Setelah enam bulan menikah, Puput tetap perawan. Tentu saja, harga dirinya sebagai lelaki jatuh bagai keset kaki. Hati Jata semakin tersayat manakala membaca catatan kegagalan percobaan-percobaan mereka. Percob...