89. Kumparan

75 11 2
                                    


Dehen, Deka, Puput, dan Jata berkumpul di ruang tengah saat sarapan. Setelah kematian Wina, mereka menjadi sadar bahwa penyerangan telah dimulai. Para makhluk Matang Kaladan itu ternyata tidak menunggu hingga bulan purnama merah datang.

"Kemarin itu pengalihan perhatian. Mereka sengaja menyerang mendadak secara bersamaan. Kalau yang satu gagal, serangan yang lain masih kemungkinan berhasil," kata Dehen seraya melirik Jata dengan tatapan tegas.

Jata salah tingkah ditatap seperti itu. "Saya tidak tahan berdiam diri melihat teman diserang."

"Saya tahu. Memang seperti itu maksud mereka. Membuat kamu keluar dari meditasi dan bergerak ke salah Asrul. Saya dibuat bergerak ke Wina dan sehingga tidak bisa mengawasi kamu. Dua makhluk yang dikirim ini adalah makhluk yang kuat.

"Mereka tahu jumlah kekuatan kita," keluh Jata.

"Dan mereka tahu kekuatanmu belum maksimal sehingga mudah terluka. Jangan diulangi lagi. Yang terbaik saat ini adalah segera membuat kepala naganya mencapai kepala. Bila sudah begitu, kamu bisa mengerahkan kekuatan di berbagai tempat sekaligus. Tidak seperti sekarang, hanya bisa bertempur di satu tempat saja," Dehen menjelaskan.

"Hmm, pasti mereka berusaha mencegah agar kepala naganya tidak mencapai kepalamu, Bang," timpal Deka.

"Ya. Seperti kita juga berusaha memperlambat mereka dengan menyelamatkan pasangan ke-99," imbuh Dehen.

"Mereka mulai mencari korban dari orang-orang terdekatmu, Bang," kata Deka.

"Pasti. Itu cara mudah untuk mengecoh perhatiannya," alasan Dehen. Lelaki itu menoleh dengan tatapan tajam ke Jata. "Dan sejauh ini mereka berhasil. Kamu terluka sehingga jadwal latihan kita tertunda."

Dehen belum selesai memberi wejangan. "Jadi satu-satunya cara untuk melindungi semua orang yang kamu sayang adalah dengan menyelesaikan pelatihanmu secepat mungkin. Dengan begitu kamu punya cukup kemampuan untuk melindungi mereka secara bersamaan."

Jata hanya bisa mengucapkan permintaan maaf kepada Dehen.

"Kira-kira siapa pasangan ke-99?" tanya Puput.

"Bisa jadi Dedi. Siapa orang yang dekat dengan Wina? Selama belum dimakamkan, masih ada kemungkinan orang yang menjalin asmara dengannya menjadi pasangan korban."

"Siapa, Ka?" tanya Puput ke Deka.

Deka dengan mencibir mengangkat bahu. "Aku bukan Tuhan, Put."

"Tapi yang kamu lakukan kemarin bagus banget," puji Dehen ke Deka. "Ternyata begitu cara menyelesaikan mereka, dengan membantu jiwa asal mencapai tempat yang seharusnya."

"Apa itu juga berlaku untuk pucuk pimpinan mereka?" tanya Jata.

"Siapa tahu, Bang. Tapi yang satu itu gelap banget," kata Deka. "Piyan bilang semua makhluk itu datang dari hutan belakang. Kalau boleh, aku mau ke sana besok pagi."

Jata mengangguk. "Tapi jangan membawa-bawa istriku."

"Loh, justru istrimu mau kujadikan tameng, Bang. Makhluk itu nggak mau melukai Puput karena dia hidangan utama."

Jata langsung memelotot dengan sangat marah. Bukannya takut, Deka malah terbahak-bahak.

"Dih! Mentang-mentang pengantin baru, posesifmu tingkat dewa, Bang!"

Jata malas menanggapi. Bukannya semakin mereda, Deka malah semakin terpancing untuk menggoda.

"Galak bener. Heran ya kok bisa dapat gadis Jawa?"

"Jata mengikuti jejak para Gubernur Kalteng," seloroh Dehen.

"Masa?" Deka keheranan.

"Kamu belum tahu, empat dari lima gubernur Kalteng yang asli orang Dayak, menikah dengan orang Jawa. Khususnya Jawa Tengah dan Jogja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Percobaan 44Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang