Salju turun lumayan lebat, dan membuat semua orang malas untuk keluar rumah.
Begitu juga denganku yang saat ini tengah menggulung diri menggunakan selimut di dalam kamar.
Aku menatap langit-langit kamar dan membayangkan kejadian di sekolah tadi pagi. Saat mencium wangi rambut dan leher Shohei.
Namun baru saja bayangan itu berlangsung selama beberapa detik di dalam kepalaku, tiba-tiba wajah Eunseok yang sedang menciumku lewat begitu saja menggantikan ingatanku bersama Shohei.
Astaga, kenapa aku harus mengingatnya?
Aku kesal dan memukul kepalaku dengan pelan.
Perkara ciuman satu pihak itu, aku jadi tidak bisa merasakan hal apapun malam ini. Jantungku berdetak kencang entah karena apa.
Saat aku mencoba mengingat wajah Shohei tadi pagi, wajah Eunseok muncul lagi dan mengangganggu pikiranku.
Saking kesalnya, aku sampai melempar semua bantal ke berbagai arah.
Ya Tuhan, aku benar-benar benci padanya.
Kenapa juga jantungku berdetak aneh saat wajah Eunseok lagi-lagi berkeliaran di kepalaku.
Aku mengusap bibirku dan aku serasa masih bisa mengingat bagaimana bibir Eunseok menyentuh bibirku.
"Sial." kataku kesal sambil memukul kasur berkali-kali, dan menutupi semua tubuhnya dengan selimut.
Semoga saja aku tidak memimpikan orang aneh itu malam ini.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, dan menampilkan nama Shohei sedang memanggilku dengan panggilan suara.
Aku menarik nafas dan menghembuskannya, kemudian mengangkat panggilan darinya.
"Hai." kataku gugup.
"Hai, sedang apa? Sudah belajar?" tanyanya .
Kenapa harus menanyakan belajar sih? Pikirku kesal.
"Hmm. Sudah. Ini habis belajar." sahutku pura-pura.
"Oh ya? Belajar apa?" tanya Shohei dengan nada suara senang.
Belajar mencintai kamu.
"Belajar ekonomi. Lo udah belajar?" tanyaku sambil menggelinding di atas kasur.
"Sudah. Ini lagi belajar."
"Kok telpon? Kan lagi belajar." kataku.
Kudengar ia tertawa kecil.
"Iya, saya ingin dengar suara kamu."
Bugh.
Sial, aku terjatuh dari atas tempat tidur karena terlalu senang mendengar jawaban Shohei.
"Hallo? Kamu kenapa? Baik-baik aja kan?" tanyanya khawatir.
"I-iya gapapa. Ini, kursi gue jatuh." sahutku berbohong sambil naik kembali ke atas tempat tidur.
"Syukurlah kalau bukan kamu yang jatuh." kata Shohei lega.
"Shohei, lo besok sekolah?" tanyaku.
"Sekolah. Kenapa? Kamu pengen pakai saya lagi? Di uks ?" tanyanya to the point.
Aku jadi malu mendengar ucapannya. Walaupun tidak lazim didengar, namun entah kenapa aku seperti menantikan kalimatnya itu.
"Eng-ngak Shohei. Gue cuma pengen ketemu lo doang kok." sahutku malu.
"Tidak usah menutup-nutupi. Saya selalu siap bantu kamu." katanya lagi.
Tolong jangan memaksaku Shohei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elite • NCT + Shohei + Riize + NCT NEW TEAM
FanfictionKepada siapa diriku harus menaruh rasa percaya? Warning: terinspirasi oleh series netflix berjudul Elite. 💗