"Jawab dong! Siapa pacar lo?" tanya Anton padaku.
Ia tampak sangat penasaran, ia bahkan sampai menahanku di dekat tangga ke arah kantin.
"Namanya Eunseok. Dia masih kelas dua sih."
"Brondong?"
"Bukan! Sebenernya gue sama dia seumuran. Tapi dia sempet gak sekolah selama satu tahun karena sakit."
"Bukan anak sekolah sini kan?"
"Bukan. Emang kenapa sih?" tanyaku bingung.
"Emang boleh ya anak seumuran kita pacaran?"
"Ya boleh. Emang siapa yang gak ngebolehin?"
"Lo harus tau tiga hal mustahil yang ada di sekolah ini."
"Apa ?" tanyaku sambil menarik lengannya untuk melanjutkan langkah kami.
"Satu, sahabat. Di sekolah ini gak ada yang namanya sahabat. Bahkan temen aja jarang, yang ada cuma sebatas 'oh satu kelas' , 'oh satu sekolah', bagi siswa di sekolah ini temen atau sabahat gak penting."
"Kadang kita gak perlu orang yang nempel di kehidupan kita , yang ujung-ujungnya bikin repot dan nyusahin. Kita juga males untuk ikut campur urusan orang lain. Ngurus diri sendiri aja udah susah. Gitu lah kira-kira isi pikiran mereka."
"Dua, pacar. Temenan aja susah apalagi pacaran. Gak ada waktu untuk cinta-cintaan. Pulang sekolah malem, lanjut les privat sampai tengah malem. Belajar nomer satu. Masuk universitas bagus adalah impian. Sukses adalah kebanggan."
Aku merinding mendengar ucapan Anton , yang terdengar seperti sebuah visi misi sekolah.
"Tiga. Senyum Wonbin."
"Hah?"
"Udah tiga tahun gue sekelas sama dia. Sekalipun gue gak pernah liat Wonbin senyum. Sampai sekarang gue juga bingung, kenapa dia kayak gitu."
"Serius lo?"
"Iya serius. Apa dia gak tau cara senyum ya ? Yakali masak gitu sih?!" kata Anton sambil menggaruk kepalanya.
"Bagi lo senyum Wonbin mustahil?" tanyaku padanya.
Anton mengangguk.
"Lo tau apa yang paling horor ?"
"Apa ?"
"Pas kelas satu , awal-awal sekelas, dan awal semester semua temen di kelas tepuk tangan dan senyum ke dia , karena dia ranking satu.
Bisa-bisanya dia gak noleh. Bahkan dia langsung keluar kelas habis nerima raport.""Sampai sekarang dia ranking satu?"
"Iya. Jadinya yang lain juga males senyum atau ngucapin selamat ke dia. Buang-buang waktu."
Aku mengangguk , dan mengerti penjelasan Anton. Ternyata Wonbin memang tipe orang yang cuek dan dingin.
"Udah ah jangan bahas dia." ucap Anton saat kami tiba di kantin .
Kulihat tak ada siswa yang lebih dari satu orang dalam satu meja. Mereka semua menyendiri , bahkan saat menyantap makanan pun sambil melihat ipad mereka.
Jadi saat aku duduk bersama Anton, beberapa siswa melirik kami. Mungkin ini adalah pemandangan langka bagi mereka.
🌸🌸🌸
Angin malam berhembus dingin, namun tubuhku serasa hangat saat melihatnya.
Aku berlari ke arah gerbang sekolah dengan senyum bahagia yang mengembang di wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elite • NCT + Shohei + Riize + NCT NEW TEAM
FanfictionKepada siapa diriku harus menaruh rasa percaya? Warning: terinspirasi oleh series netflix berjudul Elite. 💗