"Wali pasien atas nama Wonbin." panggil seorang perawat dari arah ruang gawat darurat.
Aku segera berlari dan menghampirinya.
"Iya saya sendiri." kataku cemas.
"Saat ini pasien dalam keadaan yang normal, namun kedinginan yang berlebihan membuat pasien masih lemah, dan belum bisa dipulangkan. Kami pindah ke ruang rawat inap ya ?" kata perawat itu padaku.
Aku mengangguk dan menyetujuinya. Lagi pula kalau dipulangkan, aku tidak tau apa yang akan terjadi nantinya pada Wonbin.
Aku segera menuju ruang rawat inap dan membantu perawat untuk memindahkan Wonbin.
Kulihat Wonbin belum tersadar dan masih memejamkan matanya. Bajunya sudah diganti dengan baju pasien, dan darahnya juga sudah dibersihkan.
Entah kenapa ia tampak menyedihkan. Kulitnya yang putih kini terbalut oleh bekas luka, rambut hitamnya berantakan, serta wajahnya menjadi pucat karena kedinginan.
Aku duduk di sebuah kursi kecil, di samping tempat ia berbaring.
Kulirik jam dinding menununjukan pukul dua dini hari.
Semoga ia cepat sadar, karena kalau Taeyong dan Jaehyun mengetahui aku tidak ada di rumah , mereka pasti akan sangat marah.
Aku duduk dan memandanginya selama kurang lebih dua puluh menit, sambil memikirkan bagaimana jadinya kalau Wonbin tau bahwa aku sudah membawanya ke rumah sakit.
Pasti ia akan marah padaku .
Tapi tidak apa-apa, asalkan nyawanya tertolong , marah padaku bukanlah hal yang besar. Aku bisa pergi meninggalkannya saat ia marah, dan berpura-pura tidak mengenalnya esok hari.
Simple bukan?
Tentu saja iya.
Karena saat ini, saat tanganku bergerak untuk membenarkan rambutnya yang berantakan, mata Wonbin perlahan terbuka dan ia tampak sangat terkejut.
Wonbin bahkan menghempaskan tanganku dengan sangat kasar, hingga terasa sakit bagiku.
Sudah kuduga, pasti ia akan seperti ini.
Padahal perawat bilang kalau Wonbin masih lemah, kenapa tenaganya bisa sekuat ini?"Ngapain lo disini?" tanya Wonbin dingin.
"Sekarang gue gak perlu disini lagi. Gue mau pulang. Untuk sementara waktu lo mending tidur disini dulu. Biaya rumah sakit udah gue bayar, pakek card di dompet lo." ucapku panjang lebar, dan bangkit dari tempat duduk.
Aku juga tidak tersenyum dan tidak mengeluarkan embel-embel body languange atau apalah padanya.
Walaupun sebenarnya aku kasihan, dan khawatir pada keadaan Wonbin tapi aku harus pergi sebelum pertengkaran kami meletus.
Wonbin meraih tanganku dan menahannya.
"Kenapa gue ada disini? Kenapa gue bisa ada di rumah sakit?" tanyanya lagi.
"Lo gak inget?"
"Gak."
"Bagus kalau lo gak inget. Lebih baik lo istirahat disini dulu sampai lo inget." sahutku sambil melepaskan tangannya yang menahan tangannku.
"Gue pergi dulu." kataku sambil keluar dan meninggalkan Wonbin yang masih menatapku dengan tatapan dingin dan sinis.
Apa lagi sih salahku?
Sudahlah, biarkan saja Wonbin sendiri dan menenangkan diri, agar aku tidak kena amarah lagi olehnya.
Aku harus pulang ke rumah sebelum ketahuan, lagi pula sekarang Wonbin sudah berada di tempat yang aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elite • NCT + Shohei + Riize + NCT NEW TEAM
FanfictionKepada siapa diriku harus menaruh rasa percaya? Warning: terinspirasi oleh series netflix berjudul Elite. 💗