5. Salju Pertama

316 37 1
                                    

Salju pertama mulai turun dan membuat semua orang merasa bahwa Natal sudah dekat.

Mereka bersuka cita merencanakan kumpul bersama keluarga, menyiapkan pohon natal, dan hadiah.

Namun tidak denganku.

Saat salju mengenai tanganku, bayangan itu kembali muncul. Bayangan darah yang mengalir pada salju musim dingin, mulai menghantui pikiranku.

Kalau boleh aku memilih, lebih baik selama musim dingin aku tidak keluar rumah.

Namun itu tidak akan terjadi, karena sekolah kami melaksanakan kegiatan pelajaran tambahan sampai malam hari, hingga sebelum malam natal tiba.

Hal itu dilakukan karena ujian perguruan tinggi sudah dekat. Jadi kami tidak bisa bermain-main lagi.

"Ngantuk banget." keluh Jungwoo sambil meneteskan obat pada kedua matanya.

Kulirik jam dinding di kelas menunjukkan pukul lima sore. Tenagaku terasa terkuras, padahal ini baru hari pertama menjelang kelas malam.

Aku merasa lelah dan mengantuk disaat yang bersamaan. Tapi aku harus mengerjakan beberapa contoh essay untuk syarat masuk universitas.

Aku segera beranjak dari kursiku dan menghampiri Doyoung yang sibuk dengan kalkulatornya.

"Doyoung..." rengekku padanya.

"Ya Tuhan, baru juga jam segini." kata Doyoung sambil merogoh tasnya, dan memberikanku beberapa obat untukku.

"Semangat." katanya lagi, kemudian mengusap kedua pipiku dengan tangannya.

Aku mengangguk dan keluar kelas.

"Mau kemana?"

Suara berat dan khas milik Shohei, menghentikan langkahku. Kami berpapasan di koridor.

"Toilet." sahutku.

"Kalau mau pakai, saya laporin sekarang." katanya mengancamku.

"Laporin aja." sahutku tidak peduli dan beranjak menuju toilet.

Shohei mengikuti dari belakang.

Beri saya alasan, kenapa kamu harus pakai kokain hari ini?" tanyanya.

"Gue ngantuk, gak bisa konsentrasi. Padahal gue harus ngerjain essay banyak banget." jawabku menjelaskan, sambil memijit pelipisku.

"Ikut saya."

Shohei menarik tanganku, dan membawaku ke perpustakaan yang kini tampak sepi.

Hanya ada kami berdua.

"Saya akan bantu kamu. Tapi kamu gak boleh pakai obat lagi." kata Shohei menatapku dengan tegas.

"Gamau." sahutku.
Aku takut terbawa perasaan, dan disaat aku mulai tertarik padanya , ia akan mengabaikanku.

Rasanya lumayan sakit. Aku malas melaluinya lagi. Seperti hari kemarin.

"Kenapa? Apa karena saya miskin dan berbeda dari temen-teman kamu ?" tanyanya dengan nada kecewa.

Astaga. Kenapa malah membuatku berada di jalan buntu?

"Bukan gitu Shohei, gue gak mau aja karena-

"Saya tau, saya tidak pantas berteman dengan kamu. Apalagi saya juga tidak punya hak untuk melarang kamu. Maaf. Kalau gitu, saya balik ke kelas dulu." kata Shohei panjang lebar, yang baru pertama kalinya kudengar ia berbicara sepanjang ini.

"Ya udah. Ajarin gue. Tapi, Gue pinjam pulpen lo dulu." sahutku sambil menarik ujung lengan bajunya, dan meraih pulpen dari kantong baju depan.

Shohei tersenyum tipis dan kami pun duduk di kursi ujung perpustakaan.

Elite • NCT + Shohei + Riize + NCT NEW TEAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang