"Lo yang bunuh Shotaro?" tanya Jungwoo lagi. Ia berdiri dari tempat duduknya, dan menatapku tajam.
"Mau jawab bukan lo? Sayangnya gak bisa."
Ia mengeluarkan sebuah kartu pelajar, yang merupakan milikku saat kelas satu SMA, sebelum aku pindah kesini.Aku meraih kartu pelajar itu, yang masih terdapat bekas darah di bagian atasnya.
Ternyata inilah yang membuat mereka mengetahui bahwa aku berada di sana malam itu.
"Bukan lo? Kalau bukan, kenapa lo tau kami semua bohong ? Lo tau kan kami semua kenal Shotaro? Lo tau kami semua bohongin lo karena pengen cari tau tentang kejadian malam itu?" tanya Jungwoo membentak.
Aku tidak tau ia yang paling marah diantara mereka.
"Jungwoo.." kata Shohei memegang pundak Jungwoo.
"Lo jangan bela dia ya!" sahut Jungwoo marah dan menepis tangan Shohei dengan kasar.
Jungwoo mendekatiku dan membuat langkahku mundur karena takut. Ia terlihat sangat berbeda dari kepribadiannya yang kutemui setiap hari.
"Pembunuh lo!" ucap Jungwoo yang membuat tanganku gemetar.
"Gue bukan pembunuh. Gue bisa jelasin semuanya." ucapku sedikit bergetar, antara marah dan sedih sudah menjadi satu.
Kulihat Ten dan Kun hanya menatapku penasaran. Sedangkan Shohei memijit pelipisnya frustasi melihat Jungwoo yang ucapannya sudah mulai tidak terkontrol.
"Oh ya? Kalau bukan lo, berarti kedua kakak lo dong, ya kan?" katanya lagi, memprovokasiku.
Aku benar-benar terpojok oleh kata-katanya.
"Gue bisa jelasin! Kalian juga harus jelasin semua ke gue karena udah bohongin gue selama ini." kataku setengah menangis.
"Lo harusnya gak ada di sekolah ini sekarang, tapi di penjara." ucapnya sambil menunjukku kasar.
Namun tiba-tiba seseorang datang menendang perut Jungwoo dan memukul wajahnya dengan keras.
Bugh
Bugh
Bugh"Akh..."
Rintihan Jungwoo terdengar saat ia terjatuh karena tendangan dan pukulan yang menghujaminya.
"Doyoung, udah gila lo?!!!" Teriak Jungwoo marah saat melihat Doyoung masih mengepalkan tangannya dengan ekspresi marah.
"Jungwoo! Lo yang gila ! Sekali lagi lo ganggu dia, siap-siap lo dikeluarin dari sekolah ini!" ucap Doyoung yang memenuhi penjuru kantin.
Doyoung menarik tanganku dan mengajakku pergi dari sana, menyisakan kebingungan dari banyak siswa dan tatapan tak percaya dari Shohei, Kun, Ten, serta Jungwoo yang melihat Doyoung kini telah memihakku, memihak seorang pembunuh.
☘️☘️☘️
Aku melirik Doyoung yang kini duduk di ujung kiri kursi taman belakang sekolah. Ia tidak berani menatapku yang tengah duduk di ujung kanan kursi.
Mungkin ia merasa bersalah karena telah membohongiku selama ini.
Tak lama , Doyoung merogoh kantong seragamnya, kemudian memberiku tisu.
"Nih. Hapus dulu air matanya." katanya tanpa ekspresi.
Aku menggeleng.
"Nih." katanya memaksa. Ia mengalihkan wajahnya saat mata kami bertemu pandang.
Aku meraih tisu yang diberikan Doyoung dan mengusap air mata yang membasahi kedua pipiku, namun air mata lainnya keluar kembali dari mataku yang mulai membengkak.
Doyoung menghela nafas dan mendekatkan duduknya padaku.
"Udah, jangan nangis lagi." katanya , kemudian memelukku erat.
"Maaf ya." ucapnya dengan nada menyesal.
Sedangkan aku bingung harus menjawab apa, karena kami sama-sama punya kesalahan.Tiba-tiba seseorang menarikku dari pelukan Doyoung.
"Udah?"
Eunseok menarik lenganku, dan menyembunyikan tubuhku di belakangnya.
Doyoung mengernyitkan dahinya heran.
"Lo ngapain?" tanyanya kesal, saat melihat Eunseok merebutku darinya.
Doyoung juga kebingungan yang melihatku diam saja saat Eunseok merangkulku.
"Gak usah sok akrab lo sama temen gue !" kata Doyoung sambil berdiri, dan mencoba meraih tanganku. Namun Eunseok menepisnya kasar.
"Temen? Gak usah ngaku-ngaku temen lo! Mulai sekarang jangan deketin cewek gue lagi! Ngerti lo?!" sahut Eunseok dengan nada marah, kemudian membawaku pergi dari sana dan menyisakan tatapan tak percaya Doyoung.
Saat aku dan Eunseok sampai di depan sekolah, ia mendorongku pelan dan menyuruhku masuk ke dalam mobilnya.
Mobil Eunseok melaju pelan di atas jalanan yang tertutup salju dan meninggalkan area sekolah kami.
"Eunseok..."
"Maaf , gue dateng terlambat. lo gapapa kan?" tanyanya khawatir. Ia mengelus kepalaku dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya sibuk dengan stir.
"Eunseok sekarang gue harus gimana? Gue- gue udah bikin kakak gue dalam bahaya." isakku , dengan air mata yang lagi-lagi mengaliri kedua pipiku.
"Harusnya gue gak terpancing emosi, harusnya gue gak ngasi tau mereka kalau gue selama ini tau mereka bohongin gue. Gue harusnya-
Aku tak mampu lagi melanjutkan kata-kataku, aku akhirnya memukul kepalaku dengan kedua tanganku.
Eunseok menghentikan mobilnya. Ia menatapku dengan penuh rasa kasihan , kemudian memelukku erat.
Tangisanku kembali pecah saat bayanganku dan Jungwoo berdebat terlintas begitu saja.
"Jangan sakitin diri lo, tolong. Gue minta banget sama lo, jangan putus asa dulu. Ada gue disini , yang akan bantu lo." ucap Eunseok .
Ia melepas pelukannya dariku, kemudian mencengkram kedua bahuku erat. Matanya menatapku tegas.
"Gue selalu berada di pihak lo. Gue akan selalu dukung dan bantu lo. Jadi, lo harus sadar sekarang. Jangan terpengaruh sama ucapan mereka. Apapun yang terjadi , gue gak akan bikin lo dalam bahaya. Lo ngerti? Ingat. Lo gak sendiri."
"Gue takut Eunseok." Isakku
"SADAR TOLONG!!!! KALAU LO TERUS KAYAK GINI, Taeyong dan Jaehyun pasti dalam bahaya ! Lo inget kan mau ngelindungin mereka? Kalau lo selemah ini , lo bahkan gak bisa melindungi diri lo sendiri. LO PAHAM KAN MAKSUD GUE ?!!'"
Eunseok mengguncang bahuku dan menyebabkan tangisanku tidak bisa berhenti.
"Gue sayang sama lo. Gue gamau kehilangan orang yang gue sayang. Sama seperti kehilangan Mama gue."
"Eunseok- lo..."
Aku sedikit terkejut mendengar pengakuannya yang tiba-tiba dan disaat yang sangat tidak tepat seperti ini."Jadi gue mohon. Jangan merasa sendiri dan putus asa lagi. Apalagi takut sama mereka. Gue akan berjuang bersama lo."
Eunseok memelukku erat.
"Gue sayang lo." ucapnya sambil mengusap punggungku.
"Makasih, Eunseok." sahutku , membalas pelukannya. Kemudian air mataku kembali membasahi seragam sekolah milik Eunseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elite • NCT + Shohei + Riize + NCT NEW TEAM
FanfictionKepada siapa diriku harus menaruh rasa percaya? Warning: terinspirasi oleh series netflix berjudul Elite. 💗