Hari ini adalah hari Sabtu. Hari yang paling ditunggu oleh semua orang, termasuk diriku.
Hari yang terasa paling menyenangkan dalam satu minggu, dan tidak ingin berakhir begitu saja dengan cepat.Aku membuka jendela kamarku, dan melihat salju kini telah mencair karena sinar matahari yang hangat.
Manusia-manusia salju yang berada di depan rumah di sekitarku juga tampak tidak berbentuk lagi. Hidung wortelnya kini tergeletak begitu saja di samping tangan ranting yang sudah berserakan.
Musim dingin akan segera berlalu.
Aku melirik ke arah rumah Wonbin. Rumah berlantai tiga itu terlihat sepi . Jendela dan pintu rumah masih tertutup rapat, kecuali jendela di kamar pojok lantai tiga.
Jendela kamar itu sedikit terbuka dengan gorden berwarna cream yang juga terbuka hanya sedikit, dan bergerak karena angin.
Saat aku memandangi kamar itu, jendela di kamar yang berada di sampingnya terbuka dengan keras dan kasar, menampilkan wajah baru bangun Wonbin .
Ia melihatku yang kini mematung karena terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba.
Selain itu, aku juga ketahuan memandangi rumahnya.Aku terkejut .
Juga malu.
Wonbin menaikkan alis kanannya , sambil menatap mataku.
Entah kenapa tanganku serasa bergerak sendiri dan melambai ke arahnya.
Sial.
Kedua sudut bibirku juga tertarik dan membentuk sebuah senyum, untuknya.
Wonbin menatapku kaku, seperti tidak tau harus melakukan apa. Ia hanya diam dengan wajah datar.
Aku segera menghentikan senyum dan lambaian bodohku itu, dengan berbagai rutukan di dalam hati.
Saat aku hendak menutup jendela, suara Wonbin mengejutkanku.
"Hei..! Selamat pagi." ucapnya yang membuatku membeku.
Aku tidak tau ia bisa berkata seperti itu, dengan wajah datarnya.
"Se-selamat P-pagi." sahutku gugup.
Kenapa aku gugup sih? Aku benar-benar bodoh. Untuk kedua kalinya.
"Cuaca cerah ya." katanya sambil menunjuk matahari yang berada di atas atap rumah.
"Iya. Cerah." sahutku sambil melihatnya yang bertingkah seperti ABG amatiran. Tidak sebanding dengan kelakuannya di kelas yang sering berkata sinis dan juga dingin.
Wonbin mengusap lehernya, bingung dan tidak tau harus berkata apa lagi. Sangat terlihat seperti itu.
Ada apa dengannya?
"Udah buat tugas ?" tanyaku padanya.
"Udah. Lo udah buat tugas ?" sahutnya sambil membuka gorden seluruh jendela kamarnya, yang menampilkan sebuah meja belajar dengan tumpukan buku, sebuah komputer, dan berbagai alat belajar di atas mejanya.
Dia memang gila belajar.
"Belum. Tapi ini kan hari Sabtu. Jadi males aja gitu mikirin tugas." kataku yang ikut membuka seluruh gorden jendela kamarku. Menampilkan tempat tidur berwarna ungu dengan sebuah boneka besar pemberian Eunseok di atasnya.
"Hari Sabtu kan waktunya belajar di rumah."ucap Wonbin yang membuat bergidik ngeri.
Apa ia tidak bosan belajar terus ?
Ia menatapku , kemudian melihat sekeliling rumahku.
"Lo sama siapa disana ?" tanyanya.
"Sendiri. Kakak-kakak gue lagi gak di rumah." sahutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elite • NCT + Shohei + Riize + NCT NEW TEAM
FanfictionKepada siapa diriku harus menaruh rasa percaya? Warning: terinspirasi oleh series netflix berjudul Elite. 💗