13. Pengakuan

235 33 8
                                    

"Yang bajingan itu elo Eunseok!" sahutku marah.

Aku benar-benar tidak menyukai ucapannya yang sudah menuduh Shohei sebagai bajingan.

"Lo gak inget apa yang lo lakuin di lapangan bakset? Apa itu bukan bajingan?" kataku lagi.

Mengingat semua hal yang dilakukan oleh Eunseok kepadaku dan Shohei, ia tidak pantas menyebut orang yang kusukai dengan kalimat buruk.

Aku benar-benar membencinya.

"Emang kenapa ? Gue gak boleh dorong dan injek dia? Baru gitu doang lo udah mikir gue lebih brengsek dari dia?" bentak Eunseok padaku dengan suara yang keras.

Apa-apaan dia?

"Ya! Lo lebih brengsek dari Shohei. Lo jahatin orang yang sama sekali gak punya urusan sama lo, bahkan dia gak ada urusan sama semua siswa di sekolah!" kataku marah.

"Oh ya? Kalau sama lo? Dia ada urusan? Lo kayak gini biar bisa make dia lagi kan?"

PLAK.

Tanganku bergetar setelah menampar pipi kanan Eunseok, dan meninggalkan bekas kemerahan di wajahnya.

"KELUAR LO DARI SINI...!" teriakku dengan sekuat tenaga. Walaupun badanku rasanya ingin pingsan saat ini juga karena menggigil.

"KELUAAAAAR....!!!!!!!" teriakku lagi, sambil menangis. Menyebabkan suara pintu terbuka terdengar dari luar dan menampakkan Taeyong dengan tatapan marahnya pada Eunseok.

"Keluar lo sekarang! Berani banget lo masuk ke kamar adik gue! Keluar!" bentak Taeyong pada Eunseok, kemudian menarik tangannya dengan paksa dan membawanya keluar dari kamarku.

Aku menangis tiada henti dengan tubuh yang masih gemetaran. Aku benar-benar marah dan sedih dengan hal yang baru saja kulalui.

Beberapa saat kemudian, aku berjalan dengan perlahan menuju kamar Jaehyun.

Aku segera memeluk kakakku itu , yang kini tengah duduk di sofa kamarnya sambil memegang gitar.

"K-kenapa?" tanya Jaehyun heran, melihatku dibasahi air mata.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, dan masih melanjutkan tangisanku.

Jaehyun mengusap rambutku dan menatapku sendu.

"Jangan nangis! Kakak jadi ikut sedih." ucap Jaehyun padaku.

Aku tidak bisa berbicara dan menceritakan kejadian tadi pada kakakku itu.

Pasti ia akan ikut memikirkanku dan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjagaku.

Jadi aku tidak punya pilihan lain selain menangis dan menyimpan masalahku sendiri.

"Kakak sayang kamu, Taeyong juga sayang kamu. Kalau ada apa-apa kasi tau , jangan dipendam sendiri." kata Jaehyun , sambil menghapus air mataku.

Bagaimana mungkin aku bercerita padanya? Disaat kejadian tiga hari lalu Jaehyun terserang panik attack setelah mendengar kejadian di sekolahku dan berujung dikurung di dalam kamar oleh Taeyong.

Sungguh, aku tidak mau melihat kakakku itu dalam masalah lagi.

Aku kembali memeluknya , dan Jaehyun balas memelukku dengan erat sambil mengusap punggungku.

"Kamu kok menggigil?" tanya Jaehyun saat merasakan tubuhku mengigil hebat karena efek kekurangan obat.

Seakan tau jawabannya, Jaehyun bangkit dari sofa dan menarik laci-laci meja belajarnya.

Ia mengambil jarum suntik , kemudian meraih lengan kananku.

"Kapan ya, kamu bisa berhenti pakai narkoba?" ucap Jaehyun sambil menyuntikkan narkoba pada lengan kananku.

Elite • NCT + Shohei + Riize + NCT NEW TEAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang