Chapter 25 : Main ke Sergio.

4.1K 260 18
                                    

"KAFKA TUNGGU!!"

Teriakan Zee di koridor dekat kelas nya itu pun menjadi pusat Perhatian. Gadis itu menghampiri Kafka lalu menarik tangan Laki-laki itu.

Zee membawa Kafka ke Rooftop.

"Kenapa langsung pergi, Hah?!"

"Seharusnya Lo minta penjelasan sama Gue, Bukannya malah pergi kayak gini."

"Lo pikir dengan ini nyelesain masalah?!"

Zee jadi gemas melihat Kafka yang malah diam seperti orang bisu.

"Ngomong! Jangan diem doang!"

Kafka mendekati Zee dan langsung memeluk nya dengan menumpukan dagu nya di bahu Gadis itu.

"Suka ya Ciuman sama si bangsat Gavin?"

"Enggak, Dek."

"Aku cuma cium pipi aja gak di bolehin."

"Bukan gitu, Kafka."

"Apa jangan-jangan yang di bilang si bangsat Gavin itu bener? Kalau kak Zee cuma jadiin aku sebagai pelampiasan kan?"

"Lo bukan pelampiasan."

"Makanya Kakak suka Ciuman sama dia."

"Enggak gitu."

"Kakak suka sama dia.. Bukan Kafka."

"Gue suka nya sama Zergas."

Mendengar itu Kafka menarik wajah nya menjauh dan kini menatap Zee dengan tatapan Tidak percaya.

"Kenapa? Gak boleh?!"

"Gak boleh!"

"Zergas kan Ganteng"

"Gak Seganteng Kafka."

"Kafka ganteng darimananya?"

"Darimana aja Ganteng!"

"Ah masa? Sini coba lihat.."

Zee menangkup kedua pipi Kafka membuat laki-laki itu Blushing.

"Denger ya, Pacar pertama Zee yang Ganteng segalaksi bima Sakti."

"Soal semalem itu Gavin sengaja karna Lo ada disana. Dan soal tadi juga sama karna emang niat dia mau buat hubungan gue sama pacar gue ini Renggang. Dan tadi juga kebetulan ada Alana disana jadi maksud gue mau balas dendam soal semalam."

"Jadi, Apapun yang Lo liat dan yang Lo denger pun belum tentu itu bener adanya.
Apapun itu Lo harus nanya ke gue biar Lo tau yang mana yang bener dan mana yang enggak. Bukan nya malah pergi gitu aja kayak semalem sama tadi."

"Paham kan, Sayang?"

Kafka Mengangguk dengan semangat membuat Zee gemas.

Cup.

Cup.

Gadis itu mengecup kedua pipi Kafka secara bergantian. Serangan tiba-tiba dari Zee itu membuat tubuh Kafka menegang.

Dan rasanya seperti ada Milliar'an kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut nya.

"B-bibir enggak?"

Dengan pipi yang sudah merah karena Blushing bisa-bisa nya Kafka menanyakan Hal itu.

Zee mengecup bibir Kafka singkat.

Cup.

"Spesial buat pacar nya Zee."

Siapapun tolong selamatkan Kafka saat ini juga karena Laki-laki itu merasa sesak nafas.

----

LAREINA [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang