2. Fakta

1.3K 100 3
                                    

Setelah makan malam usai. Maxim menonton televisi dengan Mami nya diruang keluarga. Tidak ada Gabby, gadis itu sedang berada dikamar masih sibuk dengan sedikit latihan vokal untuk persiapan rekaman album baru.

"Bentar lagi grup kamu mau hiatus Max?" Kini giliran Maxim yang ditanyai oleh Anna.

"Gak kok Mi, Mami lupa ya kalo member Maxim banyak?" Jawab Maxim sambil menggoda maminya.

"Ah iya Mami lupa kalo grub kamu isinya hampir memenuhi satu kelas." Jawab Anna dengan kekehan kecil.

"Maxim mau persiapan konser bareng Neo Dream. Jadi mungkin agak sibuk." Tambah Maxim.

"Perasaan kamu selalu sibuk deh, jadi ya gak perlu dijelasin juga Mami paham."

Anna mulai menggoda putranya tersebut dan tertawa. Namun tawa tersebut tak berlangsung lama, Anna menanyakan hal lain pada Maxim.

"Tapi Max sesibuknya kamu perhatikan juga Ariel. Dia kelihatan banget kalo kecapean dan lesu. Mami gak tega lihatnya."

Maxim langsung terlihat murung mendengar ucapan maminya. "Ariel kan udah gede Mi, masa gitu doang perlu Maxim ingetin." Maxim meninggikan suaranya.

"Kalo Ariel sakit gimana? Kan dia juga tanggung jawab kamu. Mami tuh kangen lihat Ariel yang ceria seperti dulu, mami ngerasa ada hal yang disembunyikan Ariel dari mami. Lagipula apa salahnya sih perhatian ke Ariel? Dia kan istrimu juga".

Deg..

Seketika wajah Maxim langsung murung, senyuman diujung bibirnya kini memudar. Ia hanya diam saja saat Anna mengingatkan statusnya dengan Gabby.

Benar adanya jika Maxim dan Gabby sudah menikah, pernikahan yang tak diinginkan oleh keduanya yang terpaksa terjadi begitu saja. Membuat hubungan antara Maxim dan Gabby jadi dingin, tak sehangat dahulu.

Hal itu lah yang membebani pikiran Gabby. Bukan hanya Gabby, Maxim pun begitu. Jujur saja ia sangat peduli dengan Gabby, namun kepeduliannya kini berubah jadi kekecewaan.

Sepenuhnya bukan salah Gabby, tapi karena Gabby lah semuanya jadi seperti ini. Banyak hal yang harus Maxim relakan saat menikah dengan Gabby, sehingga membuat Maxim jadi membenci Gabby dan setelah itu munculah dinding pembatas diantara keduanya.

Saat hari mulai semakin malam Anna mulai berdiri dari sofa dan bergerak akan menuju ke kamar. "Max tidur dikamar temenin Gabby, jangan tidur disini. Inget apa yang Papi kamu bilang." 

Maxim hanya diam saja tanpa merespon ucapan Anna. Tak lama kemudian Maxim mematikan televisi dan menuju ke kamar. Dilihatnya Gabby sudah tertidur di ranjang dengan tangan memegang naskah lirik lagu.

Maxim mengambil naskah tersebut untuk diletakkan di meja kecil sebelah ranjang, dan mulai merapikan selimut untuk menutupi tubuh Gabby lalu Maxim ikut berbaring di sebelahnya.

Ini bukan kali pertama Maxim tidur satu ranjang dengan Gabby, sudah berkali-kali namun tidak pernah ada yang terjadi. Hubungan suami istri? Tentu saja hal itu belum pernah terjadi, berharap mereka berdua berbicara satu sama lain saja sulit apalagi having sex.

Maxim menatap dalam wajah Gabby yang sudah tertidur lelap, bukan dengan tatapan penuh kasih melainkan tatapan merasa bersalah. Maxim sadar dengan apa ia lakukan terhadap Gabby, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia kalah dengan egonya yang masih sangat kecewa dengan keadaan mereka yang sekarang.

Sekitar pukul 3 dini hari Gabby terbangun, ia melihat Maxim berbaring disampingnya. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca, tangannya bergerak memegang pipi Maxim. "Kalo aja kita gak nikah mungkin sekarang hubungan kita baik-baik aja."

Setelah cukup lama Gabby melepaskan tangannya. Ia mendekatkan tubuhnya dan memeluk lengan Maxim perlahan, berharap Maxim tetap terlelap dan tidak menyadari pergerakannya.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang