Sekarang pukul 02.00 dini hari dan Maxim baru saja tiba di bandara internasional Vancouver setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih 12 jam. Ada rasa bahagia dan sedih yang bercampur jadi satu dari sorot matanya. Ia bahagia karena bisa pulang ke kampung halamannya, namun ia juga sedih mengingat tujuan awal kedatangannya ke Kanada.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"MAX!!"
Maxim mengedarkan pandangannya mencari sumber suara yang memanggil namanya.
"What's up, Bro?!" Laki-laki dihadapannya itu langsung menjabat tangannya dan memeluknya erat.
"It's been a long time, Dude." Ucap Maxim menepuk-nepuk bahu Luke, sepupunya.
"Mana koper lo? Sini gue bantu bawa." Luke mengulurkan tangannya.
"Gue gak lama. Paling 3 harian lah." Balas Maxim menggedikkan bahu untuk menunjukkan satu buah ransel yang ia bawa.
"Bentar amat?"
Mereka berdua meninggalkan pintu kedatangan. Dan percakapan singkat itu tidak berhenti sampai disitu. Bahkan selama perjalanan pulang mereka berdua saling bertukar kabar dan sesekali menertawakan hal konyol di masalalu.
Luke tahu apa yang akan Maxim lakukan disini. Namun ia memilih diam dan membiarkan Maxim sendirilah yang memulai pembahasan tersebut.
Selama 36 menit berkendara sampailah mereka berdua di Wellington, letak dimana rumah Maxim dan Luke berada.
"Thanks, Bro." ucap Maxim ketika turun dari mobil.
"Rumah lo kosong, lo gak nginep dirumah gue aja?" sahut Luke sebelum Maxim pergi.
"Nope. Besok sarapan gue kesana."
"Okay. Good night, sweetheart.."
"Dih." Maxim bergidik geli dengan ucapan yang Luke lontarkan.
"Bye!" Luke melambaikan tangannya pada Maxim dan hanya di balas anggukan oleh laki-laki itu.
Maxim melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah. Rumah yang sudah 1 bulan ini kosong karena Anna dan Kyunho pulang ke Korea. Untungnya ada sepupu Anna- ibu Luke yang bersedia membantu membersihkan rumah seminggu sekali.
Maxim menghembuskan napas panjang menghirup aroma rumah yang sudah lama tidak ia singgahi. Rasanya rindu sekali menginjakkan kaki ditempat ini. Entah kapan terakhir kali ia pulang, yang pasti saat itu ia datang bersama Gabby. Mungkin 8 tahun yang lalu?
Sebelum naik kekamarnya, Maxim mampir ke dapur untuk menegak air terlebih dahulu. Ia duduk di kitchen bar, memandangi suasana rumahnya yang sepi dan dingin. Tidak banyak yang berubah, hanya saja tembok abu-abu di dapur kini berubah warna menjadi putih tulang.