24. Gagal

878 89 18
                                    

Pagi ini Gabby sudah berada di perjalanan untuk menuju bandara. Tentu saja untuk pergi ke Jepang, menghadiri anniversary perusahaan milik ayahnya. Gabby memutuskan untuk pergi seorang diri tanpa Maxim, dan itu adalah keputusan terbaik menurutnya.

Jika keluarga besarnya tahu suami Gabby adalah seorang idol, mungkin akan jadi berita heboh yang tidak sanggup ia atasi. Dan hal ini sudah ia jelaskan pada Minho agar bisa memaklumi keputusannya.

Sesampainya di bandara sebelum boarding, Gabby memandangi sekitarnya. Entahlah sebenarnya apa yang Gabby inginkan. Meski begitu ia masih berharap Maxim datang menyusulnya. Namun jika dipikir-pikir hal itu tidak mungkin terjadi, sedangkan dirinya saja tidak pernah memberi tahu Maxim soal ini.

Ia melanjutkan perjalannya melangkahkan kaki dengan ragu. Gabby hanya pergi dengan membawa tas kecil yang melingkar di badannya dan sebuah koper di sampingnya.

Drrtt drttt...

"Iya Om?"

"Jadi berangkat hari ini Riel?" Tanya Minho dibalik ponsel.

"Iya dong, bentar lagi mau take off."

"Okay take care Riel, sampai Tokyo kabarin ya."

"Siap boss."

Berada di pesawat seorang diri tanpa teman adalah hal yang paling Gabby benci. Dan untuk kesekian kalinya ia harus pulang ke Tokyo tanpa Maxim. Rasanya membawa Maxim pulang ke rumah dan berkunjung ke makam kedua orang tuanya adalah hal yang sulit dan bahkan mustahil. Bukan karena Gabby yang enggan, hanya saja Maxim terlalu sibuk dengan kegiatannya.

Saat pesawat sudah lepas landas Gabby mematikan ponselnya yang sudah ia rubah menjadi mode pesawat itu.

Ia membaringkan bahunya, memakai kembali kacamata hitam serta memasang airpods nya. Lagu yang selalu ia putar adalah lagu solo milik Maxim, karena dengan mendengarkan lagu itu Gabby bisa mendengarkan suara Maxim lebih panjang.

Jika mungkin selama ini yang sering kalian lihat adalah sosok Gabby yang berusaha untuk denial akan perasaannya pada Maxim, itu memang benar adanya. Tapi percayalah jauh di dalam hatinya nama Maxim selalu memiliki tempat spesial yang sulit tergantikan.

"ARIEL!" Minho melambaikan tangannya saat melihat keponakannya itu keluar dari pintu kedatangan.

"OM!" Senyum sumringah Gabby menyembur keluar bersamaan saat matanya dan mata Minho bertemu. Gadis itu berlari ke arah Minho dan langsung memeluknya. "I miss you so much."

Wangi tubuh Minho dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah, dan merupakan salah satu aroma yang Gabby rindukan. Gabby melepas pelukannya dengan pelan setelah memastikan Minho telah mengelus ujung kepalanya.

"Maxim mana?"

"Om!" Gadis itu melengos malas. "Kan Ariel udah bilang kalo gak jadi ajak Maxim."

Minho masih memandangi pintu kedatangan, memastikan Gabby tidak bergurau dengan ucapannya. "Tapi tadi-"

"Udah ah, ayo pulang laper banget nih." Gabby sambil menarik lengan Minho dan pergi meninggalkan tempat.

Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menitan, akhirnya Gabby sudah tiba di rumahnya. Rumah yang selalu ia rindukan, rumah milik Sano dan Yuri yang sudah lama tidak ia jamah.

Rumah yang terdiri dari tiga lantai dan memiliki lebar yang cukup luas ini nampak sangat asri dan teduh, disekitarnya banyak pohon palem yang terawat dengan baik hingga menjulang tinggi.

Meskipun tidak ada Gabby rumah ini tetap hidup. Ada sepasang suami istri yang bersedia menghabiskan waktunya untuk bekerja disini. Siapa lagi jika bukan Hina dan Hiro yang sudah menjadi asisten rumah tangga disini sejak sebelum Gabby lahir. Sesekali Minho juga pulang ke rumah ini untuk mengecek keadaan sekitar, dan memastikan rumah ini tetap aman.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang