50. She doesn't remember me

442 44 8
                                    

"Ariel... Ariel? Bisa dengar suara saya?"

Gabby membuka matanya perlahan, samar-samar ia mendengar suara seseorang telah memanggil namanya. Dihadapannya ada seorang wanita yang sedang berusaha mengajaknya berbicara.

"Ikuti jari tangan saya." Wanita itu menggerakkan jari telunjuknya perlahan ke kanan dan ke kiri.

Setelah berhasil membuka lebar matanya, Gabby mengamati sekitar, dan ia sadar– ruangan ini sangat tidak familiar dimatanya.

"Puji Tuhan, setelah sekian lama..." sahut wanita itu lagi. "Tunggu sebentar ya, saya panggilkan dokter," wanita itu bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Gabby berusaha mengangkat tubuh dari pembaringan, tubuhnya terasa berat namun ia kuatkan. Diamatinya seluruh ruangan kecil itu dengan seksama. Bau alkohol sedikit menyentuh penciumannya, namun wangi bunga lavender lebih mendominasi.

Ia bertanya-tanya dalam hati, sedang apa dia berada disini? Apa yang telah terjadi? Bukannya seharusnya ia ada diruang latihan sekarang?

Lalu pintu ruangan terbuka, datanglah seorang dokter dan perawat dari sana.

"Selamat pagi Ariel." sapa dokter berkacamata itu menghampirinya, dan Gabby tersenyum kikuk membalasnya.

Setelah dokter memeriksa dan meminta perawat untuk melepas alat-alat yang menempel ditubuhnya, Gabby diminta untuk datang ke ruangan dokter tersebut. Dibantu dengan perawat ia turun dari ranjang dan duduk diatas kursi roda.

Sepanjang perjalanan keluar dari kamar, Gabby melihat ke kiri dan ke kanan mencari-cari seseorang yang ia kenal. Mengapa ia hanya sendiri? Lalu kemana semua orang?

"Bagaimana rasanya setelah bangun tidur?" tanya dokter Kim penuh semangat.

"Hmm rasanya segar sekali, Dok. Pegal-pegal ditubuh saya sudah tidak terasa. Padahal jadwal pekerjaan saya lagi padat-padatnya." sahut Gabby ikut bersemangat.

Dokter Kim kembali tersenyum lalu menyodorkan sebuah kertas kosong dan bolpoin pada Gabby, meminta wanita itu untuk menggambarkan sebuah persegi panjang.

Gabby meraih bolpoin tersebut, namun tak ia sangka, ia gagal melakukannya. "Maaf Dok, ternyata miring."

"Tidak apa, itu wajar." Dokter Kim tersenyum lagi memakluminya.

"Ariel ingat apa yang terjadi sebelumnya?"

Gabby menggeleng tanpa ragu, ia benar-benar tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi. Yang ia ingat ia telah bekerja menghadiri acara musik lalu kelelahan sehingga ia dirawat dirumah sakit ini.

"Ariel sudah tidur di waktu yang cukup lama. Kurang lebih mungkin sudah 6 tahun berlalu semenjak kejadian kecelakaan waktu itu."

Gabby terdiam, senyumnya luruh perlahan.

"Maaf Dokter, maksudnya saya yang kecelakaan?"

Dokter Kim mengangguk, "Tapi sekarang Ariel tidak perlu khawatir lagi, karena kondisi tubuh Ariel yang sekarang sudah jauh lebih baik..."

Dokter Kim tahu apa yang Gabby pikirkan, dan menurutnya hal itu wajar.

"Jangan terlalu dipaksa untuk mengingat-ingat apa yang terjadi, jangan bergerak terlalu banyak juga. Saya sudah resepkan obat apa saja yang harus diminum dan juga sudah saya jadwalkan untuk fisioterapinya." jelas Dokter Kim panjang lebar.

Sedangkan Gabby masih saja termenung setelah mendengar salah satu fakta yang Dokter Kim katakan. Ia melirik kebawah, menatap kakinya yang kini berbalut kaos kaki dengan sandal slip-on.

"Apa saya bisa beraktivitas seperti dulu lagi? Saya seorang penyanyi, saya juga menari diatas panggung. Kaki saya akan baik-baik saja kan, Dok?"

•••••

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang