44. Dreaming

438 45 6
                                    

"Kak. Aku udah jahat banget, biarin dia sakit sendirian seperti itu.."

"Wanda, it's not your fault."

"Harusnya aku tetep ngehubungin dia, nggak ngebiarin dia merasa sendiri seperti ini." Isak tangis gadis itu semakin terdengar jelas.

"Stop blaming yourself. Bersyukur keadaan Yura udah mulai membaik. Sekarang kamu pulang, mandi dan istirahat. Besok kita masih ada jadwal."

"Makasih ya, Kak. Aku tutup dulu."

Gabby meletakkan kembali ponselnya diatas meja. Ia berjalan membuka tirai dan menatap halaman rumahnya yang kini sudah dihiasi oleh lampu taman yang menyala terang.

Rasanya lega sekali mengetahui keadaan Yura dan hubungannya dengan Wanda mulai membaik. Rasanya tak adil jika hanya dirinya yang berbahagia, sedang orang lain menjadi susah karenanya.

Bahu Gabby mendadak berat dan perutnya terasa ketat karena Maxim memeluknya dari belakang.

"Kamu kenapa gak bilang ke aku kalo Yura sakit keras?" Tanya Gabby.

"Dia sendiri yang minta untuk dirahasiakan penyakitnya."

Gabby menghela napasnya berat, "Kanker perut itu bukan penyakit biasa, Max. Keluarganya juga berhak tau!"

"I'm so sorry, Ri. Aku takut kamu marah kalo aku masih berhubungan dengan Yura."

"Apa aku semenakutkan itu sampek kamu gak berani ngomong jujur ke aku?" Gabby mulai meninggikan nadanya.

"Gak gitu Sayang.. aku cuman belum nemu waktu yang pas aja buat cerita ke kamu."

Gabby terdiam.

Ia benci ketika Maxim tidak jujur seperti ini. Ia juga benci saat Maxim tidak bisa terbuka dan menceritakan banyak hal kepadanya.

Gabby memutar tubuhnya, menatap dalam laki-laki yang ada dihadapannya kini. "Kenapa kamu gak bisa jujur ke aku? Mau sampai kapan kamu nutupin semua ini?!"

"Kamu ngomong apa sih? Udah gak ada lagi yang aku tutupin dari kamu." Kini giliran Maxim yang mulai tersulut api.

"Aku tahu apa yang terjadi antara kamu dan Oma!"

"Oma betul. Aku ini cuman benalu dan suatu hari bisa jadi boomerang untuk karir kamu!"

Pupil mata Maxim membesar. Ia terkejut. Bagaimana bisa Gabby tahu soal ini?

"Siapa yang kasi tahu kamu soal ini?!"

Gabby membuang wajah, menghindari tatapan tajam Maxim padanya.

"Kamu gak perlu tau."

"Aku perlu tahu! Ini rumah tangga kita berdua!"

Maxim betul. Gabby pun setuju dengan apa yang dikatakan suaminya. Tapi apa yang dikatakan Youngmi jauh lebih realistis. Mereka berdua tidak bisa bersama.

"Ayo kita cerai." Tandas Gabby singkat.

"What?! Setelah semua ini, apa cuman perceraian jalan satu-satunya?"

"Lalu apa arti pernikahan kita buat kamu, Ri?!" Maxim menunggu jawaban Gabby, namun wanitanya itu masih enggan menatapnya. "Damn it!"

Kecewanya sudah membumbung tinggi, Maxim pergi meninggalkan rumah tanpa sepatah kata lagi.

•••••

Televisi diruang tengah yang hampir tidak pernah menyala, kini menampakkan warnanya. Mulai dari berita pagi, variety show, sampai music show sudah Maxim tonton.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang