34. Tears

644 58 19
                                    




"Riel. Lo kenapa?" Untung saja tiba-tiba Jaehee muncul dan berhasil membantu Gabby menahan tubuhnya. Jaehee menatap gadis yang ada di hadapan Gabby tersebut, "Lo?"

Yura tersenyum penuh kemenangan, ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Jaehee yang ada di hadapannya.

"Lo kenapa Riel? Sini duduk dulu..." Jaehee menarik lengan sahabatnya itu untuk duduk di sofa kecil yang tidak jauh dari tempat mereka sekarang.

"Jae.. ternyata apa yang semalem gue pikirkan benar terjadi." Gabby meremat ujung cardigannya. Matanya berkaca-kaca dan pandangannya kosong.

"Ngapain sih tuh cewek kesini? Sekarang cerita ke gue, Yura ngomong apa aja ke lo?!" Jaehee turut geram, matanya menatap nyalang ke arah Yura yang kini sudah melangkah jauh hampir tak terlihat.

"Jae, kayanya dia tahu deh soal hubungan gue dengan Maxim.." Jawab Gabby pelan tanpa hampir tak terdengar.

Jaehee mengusap wajahnya kasar, tanpa basa basi ia menarik lengan Gabby untuk pergi dari tempat ini. Jaehee tidak peduli apakah ada orang lain yang mengenalinya atau tidak yang penting sekarang adalah Gabby.

Sesampainya di tempat parkir, Jaehee membukakan pintu untuk Gabby yang sedari tadi mengekor di belakangnya dengan pandangan kosong.

Gabby mengangguk, ia tak ada tenaga untuk barang sekedar mengatakan 'iya' pada lawan bicaranya.

"Tunggu sini, jangan kemana-mana."

Lagi-lagi Gabby hanya mengangguk.

Setelah menutup pintu, Jaehee melangkah menjauhi mobil. Ia masuk ke elevator untuk kembali ke toko pakaian yang ada di lantai atas.

Ia meminta pada pelayan yang tadi sempat melayani Gabby untuk memberikan apa saja yang tadi dipilih. Mulai dari kaos, celana panjang, hingga dress. Dan menyodorkan black card yang ada di dompetnya.

Tidak mungkin pelayan itu tidak tahu Jaehee, jelas beberapa pegawai toko tersebut mengenalnya. Termasuk kehadiran Yura yang tadi sempat membuat beberapa pengunjung menoleh ke arahnya.

Jaehee hanya bisa meminta maaf, dan memohon agar kejadian barusan tidak menyebar luas ke luar ruangan ini.

Sesampainya di parkiran, Jaehee langsung mengemudikan lagi mobilnya. Ia melajukan mobilnya melewati jalan tol meninggalkan kota, ke sebuah tempat yang jauh dari Seoul.

Selama perjalanan, hanya ada suara gemuruh atmosfer mobil saja tanpa adanya kicauan dari radio ataupun musik. Bahkan Jaehee sudah mengemudi hampir 2 jam lamanya, namun Gabby masih belum juga membuka suaranya. Sahabatnya itu hanya diam menatap kosong jalanan tanpa menoleh ke arah Jaehee. Sesekali ia terpejam sebentar lalu tersadar lagi.

Gabby benar-benar sedang bertarung dengan pikiran negatif yang bergerilya di kepalanya. Bukti foto yang ditunjukkan Yura sangat menyakiti hatinya, bahkan ia hampir mengira itu adalah sebuah editan. Namun tidak, Gabby tahu sendiri dengan kedua mata kepalanya jika semalam Maxim memang tidak ada dirumah.

Jaehee menghentikan mobilnya di pesisir pantai yang sepi. Ia sengaja mencari spot yang tidak ramai dipenuhi pengunjung, agar ia dan Gabby bisa bebas bermain tanpa ada yang mengenali.

"Riel. Ayo turun. Lo gak laper?" Jaehee membukakan pintu untuk Gabby sembari menyodorkan paperbag berisi pakaian ganti yang baru dibeli tadi. "Nih ganti baju dulu. Tuh ada toilet di sebelah sana." Tangannya menunjuk kearah pepohonan, "Gue tunggu disini."

Mau tak mau Gabby mengiyakan pinta Jaehee, ia tidak bisa diam terus-terusan begini. Apalagi Jaehee sudah bersusah payah membantunya dan membawanya ketempat yang indah ini.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang