21. Second kiss

1.3K 86 2
                                    

"Mau kemana Rin? Buru-buru amat." Tanya Gabby yang memperhatikan Kara mengemas beberapa gimbap kedalam kotak makan dengan hati-hati.

"Eh Riel, udah bangun?" Kara mengangkat kepalanya ke arah Gabby.

"Buat siapa tuh?"

"Ah ini. Anu.. udah lihat pesan di grub belum?"

"Grub yang mana?" Tanya Gabby sambil menggaruk rambutnya.

"Riel gue duluan ya. Kita mulai latihan jam 2 kan?" Kara mengambil tas yang ada di samping Gabby dengan buru-buru dan berlalu begitu saja.

"Loh Rin mau kemana?" Tanya Gabby yang tak sempat Kara jawab.

Gabby memposisikan dirinya diatas kursi meja makan sambil menggeser layar ponselnya.

"Loh bukannya masih besok?"

Drrtt drrtt drttt..

"Ri."

"Kok udah datang? Katanya masih besok?"

"Iya dong, jadwal penerbangan kita dimajuin. Jadinya pagi ini udah di Seoul."

"Ah pantes aja Jirin udah masak gimbap pagi-pagi." Gabby menganggukkan kepalanya.

"Kamu gak pingin masakin aku juga?"

"Mmm gimana ya… aku lagi gak pingin masak Max." Goda Gabby sambil memutar bola matanya.

"Yaudah aku aja yang masak." Jawab Maxim pasrah.

"Emang kamu bisa masak?"

"Tinggal manasin aja kan? Ini udah ada kari di kulkas."

"Loh kamu dirumah? Kok gak bilang sih?"

"Lagi pengen pulang aja Ri.."

"Kalo aku perhatiin akhir-akhir ini kamu sering pulang deh."

"Emang kenapa? kan ini rumahku juga."

"Ya iya, tapi kan dulu kamu ogah-ogahan."

Pyaarr…

Suara piring pecah terdengar dari sebrang sana.

"Max, what's going on?"

"Hello Max. You okay? Shit.."

Tak ada sahutan dari Maxim, Gabby menutup ponselnya dan bergegas untuk menyusul nya di rumah.

Sesampainya di depan pintu rumah Gabby langsung menekan kode pengaman dan membukanya tanpa ragu.

"Maxim.. Max." Suara Gabby menyeruak ke seluruh ruangan, namun tak ada sahutan sama sekali dari Maxim.

Ia melanjutkan langkah kakinya menuju dapur. Matanya membelalak dan langkahnya terhenti, dihadapannya kini sudah ada cairan merah pekat yang mengalir dan tercecer di lantai. Melihat itu membuat jantung Gabby berdegup semakin kencang.

"MAXIMMM. WHERE ARE YOU?"

"MAX.."

Gabby berteriak dan tergopoh-gopoh berlari ke kamar. Kini perasaanya semakin tak karuan, pikirannya sudah dipenuhi dengan hal yang tidak-tidak.

"Maxim..?"

"Oh my gosh. You okay?"

"AWW." Maxim yang merintih kesakitan sedang mengobati kakinya.

"Ini kenapa? Kok bisa kaya gini?" Gabby mengambil alih pencapit dari tangan Maxim  "Okay tahan ya, aku bakal tarik sekarang."

Laki-laki itu mengambil napas panjang dan mencoba menahan rasa sakit dari serpihan kaca yang menancap di telapak kakinya.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang