52. Friendzone

350 31 2
                                    

Sore hari ini Maxim sudah tiba di depan apartemen Minho, ia turun dari mobil dan bergegas menjemput Gabby yang sudah menunggunya sejak siang hari tadi. Hampir saja Maxim lupa karena ia sibuk dengan pekerjaannya di perusahaan.

Maxim memencet tombol bel, tak lama kemudian asisten Gabby membuka pintu apartemen tersebut.

"Ariel mana?"

"Nona ketiduran, Tuan." sahutnya setengah berbisik.

Setelah melepas sepatu dan berganti sandal Maxim langsung masuk kedalam rumah menghampiri pintu kamar Gabby. Ia membukanya pelan agar suara deritan pintu tidak terdengar. Dan benar saja, Gabby sudah tertidur pulas dengan dengkuran halus yang sudah lama tidak Maxim dengar.

God. She's mine.

Hingga saat ini Maxim masih tidak percaya jika wanita pujaannya itu telah kembali dari kematian.

Berhari-hari memperhatikan Gabby, wanita itu masih jauh dari kata pulih. Meski kakinya sudah bisa berjalan dengan baik, namun masih tersurat dengan jelas kesedihan diraut wajahnya. Sesekali Maxim juga melihatnya menangis di malam hari meski di siang hari Gabby selalu menunjukkan senyumnya.

Tak tega membangunkan Gabby begitu saja, Maxim malah ikut berbaring disamping Gabby. Tangannya bergerak pelan merapikan poni rambut yang menutupi wajah cantik itu.

Semenit

Dua menit

Tiga menit

Hampir lima belas menit berlalu pandanga Maxim tidak beralih dan tetap menatap Gabby dengan senyumnya.

Tok tok tok

Pintu terbuka.

"Ada apa?" Maxim mendongak menatap pintu tersebut.

"Maaf Tuan, janji temu dokter hari ini sampai jam 7 saja. Sekarang sudah jam 5."

"Oh? okay. Saya bangunkan Ariel dulu."

Pintu tertutup lagi. Maxim langsung menoel-noel pipi Gabby yang mulai terlihat gembul lagi.

"Ri, ayo bangun.." ucapnya pelan.

Gabby menguap, matanya terbuka perlahan. Ia tersenyum menyadari kehadiran Maxim disampingnya.

"Udah dateng?"

"Maaf. Aku keasyikan kerja sampai lupa kalo mau nganterin kamu kontrol."

"Gapapa. Yang penting kan kamu udah ada disini."

Gabby bangun dari tidurnya, begitu juga dengan Maxim.

Maxim membiarkan Gabby berjalan sendiri, ia hanya memperhatikan pergerakan Gabby dari belakang. Setelah keluar dari rumah sakit, perkembangan Gabby terlihat cukup signifikan. Dugaan Maxim benar, Gabby hanya perlu keluar dari kamar bangsal yang sunyi dan menyakitkan itu agar Gabby tidak berlarut-larut dengan kesakitan dan kesedihan yang ia rasa.

Hari ini merupakan jadwal fisioterapi terakhir yang harus Gabby lakukan. Setelahnya ia bisa bebas berjalan dengan tenang tanpa perlu perhatian khusus. Di balik kaca jendela ruang fisioterapi Maxim bisa melihat wanitanya dengan detail melakukan aktivitasnya.

Sedari tadi senyumnya terulas sempurna, karena salah satu janjinya pada Gabby kini hampir terpenuhi. Maxim tidak berharap Gabby akan mengingat semuanya, ia hanya berharap Gabby tidak perlu khawatir dan dapat terbiasa hidup tenang dengan sisa-sisa ingatannya.

"Max!!" Kara datang membuyarkan fokus Maxim.

"Eh Rin, udah dateng lo. Sama siapa aja?" tanya Maxim celingukan.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang