46. After Ending

475 35 3
                                    

Sudah seharian gadis itu termenung seorang diri diruang latihan yang kosong dan remang. Pandangannya kosong mencoba mengingat-ingat kenangan apa saja yang terjadi diruangan ini. Air matanya sudah kering, tapi masih saja hatinya menangis.

"Gue didepan!"

"Gak gue yang didepan. Lo yang paling tinggi ya Rin, lo yang dibelakang aja!"

"Terus aku dimana?"

"Sini Wanda disebelah aku aja."

"Yeay! Aku disini ya kak Riel?"

"Terus Nikki dimanaaa?"

"Sini-sini, Nikki sebelah kanan kakak."

"Udah siap belum nih?"

"Udah. Yok buruan Rin!"

"Okay! Satu.. duaa.. tiga.. CHESEE!"

Cekrik..

Tangis gadis itu semakin menjadi-jadi dalam diamnya. Rasanya perih sekali mengingat kenangan kebersamaan itu, kenangan yang sepertinya tidak pernah terjadi lagi.

"Wanda!" Seseorang datang dari balik pintu, sebelum langkahnya mendekat ia nyalakan lampu terlebih dahulu. "Udah gue bilang, lo ngapain sih diem sendirian kaya gini? Lo gatau gelap?"

Wanda tersenyum menatap gadis dihadapannya. "Lo kok bisa masuk sih?"

"Makanya buruan bangun! Kita keluar sekarang sebelum manajer lo marah."

Wanda meraih uluran tangan Yura dan bergegas pergi dari ruangan kosong ini sebelum Kak Sooyi datang.

Mereka berdua berjalan meninggalkan gedung perusahaan dan mengendarai mobil hanya berdua saja. Wanda hanya mengikuti arahan sepupunya itu, tanpa perlu tahu kemana mereka akan pergi. Seperti ini saja bagi Wanda sudah seperti angin sejuk, berada disamping Yura lagi merupakan hal besar yang sangat ia syukuri.

"Gue tahu ini gak mudah, tapi kalo lo terus-terusan mengurung diri seperti itu- lo bakal stuck dan menyakiti diri sendiri." tutur Yura membuka sebagian jendela kaca mobilnya.

"Kenangan itu terlalu kuat dilupakan, Ra. Berada diatas panggung seorang diri gak semudah itu. Dulu kami selalu berempat, tapi sekarang- bermimpi untuk bersama saja sepertinya sulit."

Yura meraih tangan Wanda dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya masih memegang kemudi. "Lo sabar ya. Semuanya pasti akan baik-baik aja. Percaya sama gue?"

Wanda mengangguk paham dan tersenyum. "Lo pasti seneng, kan?"

Mendengar pertanyaan Wanda tersebut membuat Yura melengos malas, "Gue emang pernah benci sama Kak Ariel, tapi kalo bukan karena dia- kita juga gak akan bisa kaya gini lagi."

"Dan yang gue sesali, gue gak sempet meminta maaf ataupun berterimakasih ke dia."

Nama yang sedari tadi ia pikirkan kembali ia dengar lagi, membuat Wanda menghela napasnya berat sembari membuang wajah dari tatapan Yura. Karena diam-diam matanya kembali berkaca-kaca.

•••••

"Opening store? Mau?"

"Yang lain?"

"Festival di kampus?"

"Next?"

"Reality show?"

Kara menggeleng tak bersemangat.

"Rin. Please Sayang, mau sampai kapan kamu kaya gini terus? Kamu juga berhak hidup bahagia dan terbebas dari semua rasa bersalah itu."
Juno sudah tidak tahan lagi melihat kekasihnya itu terus menerus menghukum diri seperti ini.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang