Setelah seharian having sex dengan Gabby, Maxim akhirnya tersadar. Ia benar-benar melupakan hal penting dari permainan ini. "Ri, I'm so sorry, aku bener-bener lupa." Maxim meraih telapak tangan Gabby dihadapannya.
"Pokoknya kalo ada apa-apa, kamu harus langsung ngomong ke aku. Okay Ri?"Gabby tersenyum mengangguk paham, "Iya Max. Pasti aku langsung bilang kamu. Kan salahku juga.."
"Enggak kamu gak salah. Kalo aja aku lebih prepare dan berhati-hati mungkin sekarang kamu nggak cemas kaya gini." Maxim memegang kedua bahu Gabby, berusaha menenangkan wanitanya.
"Max, I also want to feel it without a condom!" Gabby meninggikan suaranya geram karena Maxim terlalu menyalahkan diri sendiri.
Sedangkan Maxim hanya bisa tertegun mendengar pernyataan Gabby barusan.
"Please, stop blaming yourself. Okay? Setelah pulang dari sini aku bisa langsung minum obat. Kita masih bisa mengantisipasinya."
"Kalo gitu kita cari apotik sekarang." Maxim menarik lengan Gabby yang di sampingnya.
"Max, dimana ada apotik di tepi laut seperti ini? Apalagi ini kita lagi cari after pill loh. Kalopun ada orang jual obat, yang pasti itu bukan pil kontrasepsi." Tegas Gabby sambil memijit pelipisnya.
Maxim mengaku kalah, ia setuju dengan apa yang dikatakan Gabby. Tapi ia melakukan itu semua bukan karena tidak ingin bertanggung jawab, melainkan ia tidak ingin Gabby menjadi cemas dan ketakutan. Kalaupun sampai jadi, Maxim juga tidak akan diam saja. Ia akan memastikan semua keadaan tetap aman dan Gabby tidak perlu ikut merisaukan hal ini juga.
"Bisa gak, kita nggak bahas masalah ini dulu? Percaya sama aku gak akan terjadi apa-apa, Max.. Lagian sekarang juga bukan good period." Gabby memeluk Maxim mencoba memberi pengertian sembari menepuk bahunya.
"Maafin aku ya..." Maxim membalas pelukan tersebut lebih erat lagi.
Padahal ini masih pagi buta, matahari belum menampakkan sinarnya. Tapi dua manusia itu sudah beradu suara. Gabby menarik Maxim untuk kembali tidur, karena baginya pelukan bisa membuat perasaan jauh lebih baik dan tenang.
"Ayo kita tidur lagi.."
Maxim mengangguk, ia membiarkan Gabby untuk tidur diatas dadanya lalu ia merapatkan rengkuhannya.
Posisi ternyaman bagi Gabby adalah seperti ini, meletakkan kepalanya di dada Maxim dengan tangan Maxim yang melingkar di pinggangnya. Kenyamanan yang mungkin tidak akan pernah Gabby dapatkan di tempat lain, apalagi dengan orang yang berbeda.
Sesekali ia menghirup aroma tubuh Maxim yang berbaur dengan aroma wangi parfumnya. Sedangkan matanya menerawang jauh ke langit yang masih gelap itu.
"Max.. kamu beneran pingin punya anak?"
Pertanyaan yang mudah bagi Maxim. Pria itu tak butuh waktu lama untuk menjawabnya.
"Of course, babe.. suatu hari nanti kita semua pasti akan berkeluarga. Aku dan kamu gak mungkin selamanya akan terus diatas panggung."
Maxim menepuk-nepuk bahu Gabby dengan pelan. "Ada kalanya nanti kita ingin beristirahat, pulang ke rumah disambut dengan tawa lucu dari sosok kecil yang mirip dengan kita berdua."
"Bukan cuman aku. Hyung-hyung dan member Neo yang lain pun juga berpikiran seperti itu. Dan aku ingin orang itu kamu. Bukan Yura ataupun wanita lain manapun."
"Ri.. hatiku udah penuh dengan namamu. Cintaku sudah habis di kamu. Bahkan Yura tak pernah mendapatkan cinta sebesar cintaku ke kamu." Maxim menghembuskan napasnya berat, "Mungkin bagimu ini hanyalah gombalan atau omong kosong belaka. Tapi aku berani bersumpah, sumpah yang pernah aku ucapkan di altar itu semua tulus tanpa paksaan."

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET | Mark Giselle
Fanfiction21+ M: Kamu tau kan kalo aku baru aja jadian sama dia? Trus sekarang aku harus menikah sama kamu?! G: Kamu pikir aku mau?! start : 09/01/23 End :