part 33 Cintanya Hilang?

272 40 22
                                    

Welcome to part 33
Jangan lupa follow sebelum membaca
Dan jangan lupa coment and vote setelah membaca:)
Happy reading!
.
.
.

Tatapan Alisa masih menatap tajam Ziyech yang kembali memasuki ruangan. Raut wajahnya begitu membenci suaminya itu. Dengan ragu dan perasaan takut, perlahan Ziyech masuk ke dalam ruangan. Mata bulat itu terus saja mengikuti arah Ziyech, tatapannya mulai kosong dan kembali mengeluarkan air mata.

"Aku benci dia, aku benci." Ucap Alisa seraya menangis kencang.

"Aku gak mau lihat dia, suruh dia pergi!" Suara tangisan itu mulai melemah di pelukan Marwah.

"Alisa, ada apa ini?" Tanya Marwah yang masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Bunda, Alisa benci." Suaranya gemetaran karena tangisan.

"Iya, kenapa benci? Ziyech itu suami kamu sayang."

"Enggak."

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Marwah melihat ke arah Aisyah.

"Ais juga gak tau."

Ziyech mengambil handphone nya yang tertinggal di samping Alisa. Sejenak Ziyech memandangi Alisa yang masih tidak ingin melihatnya. Dengan berat Ziyech melangkahkan kakinya keluar.

"Loh, Ziyech kenapa keluar?" Marwah semakin bingung.

Aisyah melihat ke arah Ziyech dan menggelengkan kepalanya.

Ziyech duduk di depan ruangan Alisa dengan menundukkan kepalanya, air mata itu tidak terasa mengalir di pipinya. Sedikit ragu dan bingung iyad duduk di sampingnya seraya menepuk-nepuk punggungnya.

"Gua gak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi gua harap lu sabar."

"Gua gak minta lu buat cerita sekarang, pastinya gua ngerti kondisi lu saat ini."

Ziyech masih saja menundukkan kepalanya, diam dan tidak merespon sahabatnya itu. Iyad masih mencoba untuk menenangkan, tapi tiba-tiba handphone di saku celana nya bergetar.

"Iya, hallo." Iyad menjawab telepon dari kantor.

"Hallo, pak. Meeting sore ini udah mau di mulai pak, saya telepon pak Ziyech tapi gak aktif."

"Astaga, lupa kalo sore ini ada jadwal meeting."

"Gimana, meeting nya mau di batalin atau gua yang ke sana?"

"Lu urus aja semua, bilangin aja gua lagi ada acara keluarga dadakan."

"Saya kesana sekarang!" Ziyech menutup telepon.

"Oke. Lu sabar dan tenang, gua pergi dulu."

"Ya."

Dengan gerak cepat, iyad berjalan keluar dari rumah sakit dan segera pergi ke kantor. Sedangkan Ziyech masih duduk termenung di depan ruangan Alisa. Pikirannya terus membayangkan kejadian itu, kejadian yang membuatnya kehilangan calon anaknya. Dan sekarang, Alisa justru membencinya.

Andai saja aku bisa mengendalikan emosiku, andai saja aku bisa mendengarkan Alisa, mungkin semuanya tidak akan terjadi. Aku kehilangan calon anakku, Alisa membenci ku, aku benci semuanya.

ZiyechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang