part 43 Story In Amsterdam

207 31 14
                                    

Hallo, para istri-istrinya Ziyech
Jangan lupa di vote ceritanya yaa!!!
Happy reading!
.
.
.

Pertandingan demi pertandingan telah Ziyech lewati selama di London. Namun hari ini, team nya tidak berhasil mencetak gol. Kedua team tidak ada yang berhasil mengumpulkan tiga poin di pertandingan ini.
Aku memperhatikannya seperti orang yang memiliki banyak beban, aku tidak tahu apa yang membuatnya kurang semangat di hari ini.

Selesai pertandingan ia berjalan lemas seperti orang yang kelelahan, lelah itu udah pasti, tapi kenapa dia tidak menghampiriku? Aku segera turun dari kursi penonton dan berlari menghampirinya. Tanpa berkata apapun, aku langsung memeluknya dari depan.

"Are you okay?"

"I'm okay."

"Really?"

"Yeah."

"Kok, gak senyum sih?"

"Banyak cewek, nanti pada naksir."

"Ya, senyumnya jangan ke cewek lain lah, Ganjen banget jadi cowok."

"Ngambek lagi?"

Aku tersenyum seraya menggelengkan kepalaku. "Aku gak mau ngambek, kan kamu nya lagi sedih."

Ziyech sedikit tertawa sambil mengusap-usap kepalaku. "Lucu banget sih."

Aku duduk di kursi dekat jendela hotel. Mataku menatap gedung-gedung tinggi di luar hotel, Lampu yang terang nan indah, juga keramaian yang membuat macet perjalanan. Suasana di kamar hotel ku, tidak sama dengan suasana di luar hotel itu. Di sini terasa sepi dan hening, karena dua orang yang seharusnya saling berkomunikasi, malah sibuk dengan dirinya masing-masing.

Ziyech masih fokus dengan handphone nya sambil rebahan di atas kasur. Sementara aku masih menikmati suasana malam dengan duduk di dekat jendela hotel.
Ziyech menoleh ke arahku yang tengah duduk menghadap ke luar. Handphone itu ia letakkan lalu berjalan menghampiriku.

"Kenapa?" Ziyech muncul dari belakang.

"Enggak."

"Tumben duduk di sini?"

"Suasana malamnya indah."

"Jangan di lihatin, nanti insecure lihat kamu."

"Aku lagi males ngapa-ngapain."

"Kenapa?"

"Rasanya, aku pengen nangis." Aku langsung memeluknya.

"Nangis kenapa? Siapa yang buat kamu nangis?"

"Aku ingin mempunyai seorang anak, agar ketika kamu sibuk dengan handphone mu, aku bisa bermain dengan anak ku."

"Sayang, kamu nangis gara-gara aku?" Ziyech memegang kedua pipiku.

"Enggak."

"Maafin aku, aku akan nemenin kamu. Tadi, aku balas chat dari kantor."

"Bukan balas chat dari cewek lain, kan?"

ZiyechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang