part 53 Kehadiran Malaikat Kecil

304 33 43
                                    

HALLO!
JANGAN LUPA VOTE CERITANYA YAA!
HAPPY READING!


Pukul 3 pagi rasa mules di perut ku kembali mengusik tidurnya. Ziyech, suamiku yang selalu berada di sampingku hingga tertidur lelap dengan tangan kirinya yang masih menggenggam tanganku. Perasaan gelisah hingga keringat di tubuh membuatku tak nyaman tidur.

Waktu sudah larut malam. Namun aku tetap membangunkannya yang tengah tertidur lelap. Bola mataku memutar sekeliling ruang kamar yang gelap itu. Suasana hening, tapi helaan napasnya terdengar riuh di telingaku. Ku lepaskan tanganku yang di genggam nya dengan perlahan. Lalu ku tepuk-tepuk punggung tangannya maksud hati membangunkan tidurnya.

"Mas, bangun! Mas!"

Energi di tubuhnya seakan naik drastis hingga membuatnya terduduk tegap menatapku. Tatapannya masih utuh namun pikirannya belum stabil. Seperti orang mengatakan, sebagian nyawanya belum terkumpul. "Mas!" Nada suaraku membuatnya tersadar dari lamunannya. "Astaghfirullah! Sayang, kamu gimana? Aku ketiduran tadi." Benar nyatanya dia terlihat lelah hingga ketiduran.

"Perut ku udah mules banget, mas."

"Ini jam berapa?" Wajahnya panik. Ia segera mengecek handphone nya dan menyalakan lampu kamar.

"Kita ke rumah sakit sekarang."

Aku hanya mengangguk dengan ekspresi yang menahan rasa sakit. "Kamu masih kuat kan buat jalan keluar?"

"Masih, kok."

"Ya udah, ayo aku bantu."  Dengan bantuannya aku berdiri dan mulai melangkahkan kakiku dengan pelan.

Dia masih menggunakan piyamanya berwarna biru bermotif Chelsea. Ia hanya mengambil handphone dan kunci mobil dan segera membawa ku masuk ke dalam mobil.

Seorang dokter membawaku masuk ke dalam ruang persalinan. Selain dokter dan perawat, Ziyech juga selalu berada di samping ku. Dia menyaksikan perjuangan ku bersama dengan anak yang berada di kandunganku. Jerit dan tangisanku menjadi sebuah perjuangan nyata di depan matanya.

"Aku capek, mas." Lirih suaraku mengusik telinganya. Hampir pasrah dan ingin menyerah terpapar jelas di wajahku. Namun dia terus menguatkan ku. Tak kuasa menahan air mata yang ingin mengalir hingga membuat matanya berkaca-kaca. "Kamu kuat! Kamu pasti bisa. Jangan menyerah! Demi anak kita." Bisikan suaranya terdengar sangat kuat di telinga ku.

Sesekali aku menghela napas. Namun bisikan nya terdengar jelas menguatkan ku. "Allahu Akbar! Bismillah, kamu pasti bisa! Ayo jangan takut aku ada di samping kamu!"

Bisikan demi bisikan terus ia lakukan. Hingga kepasrahan menjadi akhir dari pilihanku. Semuanya ku pasrahkan pada sang pengatur takdir. dan hari itu tepatnya pada adzan subuh ku taruh kan jiwa dan ragaku demi anakku. Lahir lah seorang bayi laki-laki dari rahim ku yang ku jaga selama sembilan bulan. Tangisan bayi itu mengukir senyuman di wajah Ziyech dan orang-orang terdekatku yang sedang menunggu di luar. Namun tidak dengan ku yang kehabisan tenaga hingga menutup mata.

"Alhamdulillah, ya Allah!" Tangisan haru membasahi pipinya. Namun senyuman itu seketika pudar saat matanya tertuju padaku.

"Alisa! Bangun sayang! Dok, istri saya kenapa?" Air mata yang baru saja keluar karena sebuah kebahagiaan langsung berubah panik ketika melihat istrinya yang justru tak sadarkan diri.

ZiyechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang