part 34 Aku Menunggu Kesadaran Mu

331 37 69
                                    

Welcome to part 34
Jangan lupa follow sebelum membaca
Dan jangan lupa coment and vote setelah membaca:)
Happy reading!
.
.
.

Hari ini Alisa pulang dari rumah sakit, perasaannya yang masih membenci Ziyech membuatnya tidak ingin pulang ke rumah melainkan ke rumah orang tuanya. Meskipun Alisa belum bisa menerima keadaan saat ini, namun Ziyech tetap setia menunggunya walaupun harus tidur di luaran. Saat akan pulang, Ziyech masih menyempatkan dirinya untuk membantu Marwah mengemas barang Alisa. Ziyech menunggu di dekat mobil yang akan di bawa oleh Iyad, karena dirinya tidak bisa mengantarkannya.

Dengan wajah pucat Alisa tiba di depan mobil. Matanya langsung tertuju pada Ziyech yang sedang berdiri di dekat pintu mobil itu. Kemudian Ziyech membukakan pintu mobilnya lalu Alisa masuk dengan memasang wajah datar.

"Aku akan menyusul mu." Ucap Ziyech.

Alisa tidak meresponnya bahkan melihat wajahnya saja tidak.

"Kamu bisa datang ke rumah untuk melihat keadaan Alisa." Ucap Marwah sebelum memasuki mobil.

Ziyech mengangguk dengan senyuman tertekan. Lalu ia memasuki mobilnya dan pulang mengikuti Alisa. Namun, Ziyech memotong arah untuk ke rumahnya terlebih dahulu.

"Kok sendiri pak, non Alisa kemana?" Tanya Inah yang merupakan asisten di rumahnya.

"Kita ke rumah Ummi sekarang!" Ucap Ziyech dan segera naik ke atas.

"Loh?"

"Kok pak Ziyech terlihat buru-buru, non Alisa kemana ya?" Inah bingung.

"Inah, buruan!" Ziyech turun dengan membawa sebuah koper berukuran kecil.

"Iya pak sebentar! Inah keluar dari kamar.

"Loh, kok bawa koper pak?"

"Udah jangan banyak tanya." Ziyech segera membawa koper nya masuk mobil. Inah mengerutkan kedua alisnya lalu berjalan mengikutinya.

"Seminggu ke depan kamu gak perlu beresin rumah saya. Karena saya akan menginap di rumah Ummi."

"Emang ada apa sih pak?" Tanya Inah kepo.

"Kepo banget kamu."

"Inah nanya doang kok."

"Gak usah nanya-nanya." Ucapnya bernada cepat.

Inah hanya memasang wajah bingung melihat Ziyech yang tidak seperti biasanya.

Perasaan yang hancur membuatnya duduk termenung di teras rumah. Matanya menatap ke arah pohon di depan rumahnya itu. Tidak ada lagi senyum yang terukir di wajahnya, setelah kebahagiaan nya hilang dari hidupnya. Alisa? Ya, Alisa adalah kebahagiaan terbesarnya setelah Ummi. Dia hadir dalam hidupnya, memberikan banyak makana tentang cinta yang sesungguhnya. Tapi setelah Alisa tidak ada di sampingnya, kebahagiaan itu ikut pergi bersamanya. Hidupnya bagaikan burung tanpa sayap kanan, burung itu tidak akan bisa terbang karena kekuatannya telah hilang. Begitupun dengan kehidupannya, saat orang yang di jadikannya sebagai sumber kebahagiaan telah hilang, maka sulit baginya untuk kembali mengukir senyuman di wajahnya.

"Jangan terlalu larut dalam kesedihan." Ummi muncul tiba-tiba seraya mengelus kepala Ziyech dari belakang.

"Ummi." Ziyech melihat wajah Ummi dan memegang tangannya.

ZiyechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang