5. perhatian

49.2K 3.6K 12
                                    

Setelah bangun dari tidurnya, Azelia seketika tersenyum mengingat Alvaro yang memeluknya, menanyai tentang kabarnya. Tetapi Azelia merasa takut kalau anak-anak dan suaminya masih membenci dirinya. Melihat pukul enam pagi, Azelia langsung mandi, ia akan menyiapkan sarapan pagi.

Saat setelah selesai menghidangkan, ia tiba-tiba teringat kalau suaminya masih belum mempunyai sekertaris, walaupun nanti bukan Bianca, ia takut wanita lain yang akan menggangu rumah tangganya.

Saat melihat suami dan anak-anaknya keluar dari kamar masing-masing, Azelia menyambutnya.

"Selamat pagi" ucap Azelia tak lupa dengan senyuman nya. Hanya Alvaro yang membalas senyuman Azelia, tidak apa setidaknya ada sedikit kemajuan. 

Melihat suaminya duduk, Azelia langsung mengambil nasi dan memberikan telur balado, menu kesukaan Winter, setelah mengambil nasi untuk Winter Azelia juga mengambilkan untuk Leandro dan Alvaro, hanya Alvaro yang mengucapkan terima kasih.

Saat akan mengambil nasi untuk Jeffran, Azelia bingung, karena menu kesukaan Jeffran ada dua, jika dicampur itu tidak akan enak rasanya. Lalu Azelia memilih bertanya kepada sang anak.

"Jeff, mau sayur lodeh atau sayur bayam" tanya Azelia lembut, lalu Jeffran menunjuk ke sayur lodeh, karena jaraknya yang agak jauh dari Azelia, jadi tidak sengaja lengan Azelia mengenai kepala sang anak, yang membuat mata Jeffran terhalangi, saat akan menepis tangan sang mommy, ternyata sayur yang masih panas itu jatuh ke tangan Azelia, Jeffran terkejut, ia sungguh tak sengaja.

"Shh, panas" ringis Azelia, Alvaro seketika terkejut begitupun dengan Leandro, saat akan berbicara sang ayah lebih dulu berbicara.

"Apa yang kamu lakukan Jeffran" ucap Winter datar, Azelia bingung entah harus senang karena sang suami masih memperhatikannya, atau sedih karena sang anak dibentak karena dirinya.

"A-aku tidak sengaja" jawab Jeffran merasa bersalah, ia sungguh tak sengaja. Winter menatap tajam Jeffran kemudian membawa Azelia ke kamarnya. Dengan cara menarik tangan Azelia yang satu lagi.

"shh, p-panas" ringis Azelia saat Winter mengobati tangannya yang terkena siraman sayur tadi. Azelia memperhatikan Winter yang sedang mengobatinya dengan telaten dan selembut mungkin. Ia tidak menyangka kalau Winter masih memberikan perhatian kepadanya.

"Selesai" ucap Winter yang tetap dengan nada datarnya.

"Terimakasih karena telah mau mengobati" ucap Azelia tulus, yang dibalas anggukan oleh Winter.

"Apakah kamu sudah mendapatkan sekretaris baru Winter?" tanya Azelia, ia tidak tau apakah Winter sudah mendapatkan sekretaris baru atau belum. Sebenarnya Azelia mau saja jadi sekretaris Winter agar mereka bertambah dekat, tetapi Azelia ingat bahwa yang terpenting dahulu adalah anak-anaknya.

"Belum" jawan Winter sambil membereskan alat-alat yang ia pakai untuk mengobati Azelia tadi.

"Bolehkah aku meminta sesuatu kepadamu" tanya Azelia, mendengar perkataan Winter, seketika Winter menaikkan alisnya.

"B-bisakah sekretaris mu seorang laki-laki" ucap Azelia pelan tetapi masih bisa didengar Winter, mendengar ucapan sang istri, Winter seketika terkejut, kenapa istrinya tiba-tiba peduli dengan urusan kantornya, jangan bilang kalau istrinya itu cemburu, itu sangat tidak mungkin.

"Memang kenapa" tanya Winter dengan nada datarnya, tetapi masih jelas nada bingung dari Winter.

"A-aku takut kamu akan jatuh cinta kepada sekretaris mu nanti" jawab Azelia dengan nada bergetar, berusaha menahan tangisannya.

"Memangnya kenapa kalau aku jatuh cinta kepadanya" ucap Winter berusaha datar, sebenarnya rasanya ia sangat senang, secara tidak langsung Azelia cemburu kan.

"J-jangan, kamu hanya boleh mencintaiku" kemudian setelah itu tangis Azelia pecah, berarti Winter sudah berpaling darinya, Azelia juga berpikir apakah suaminya menyewa para jalang, secara suaminya adalah seorang pria normal.

"Apakah kamu sudah tidak mencintai ku lagi?" tanya Azelia, jika benar rasanya Azelia ingin menyerah saja, karena rasanya sudah tak mungkin jika ia bisa membuat Winter mencintainya lagi, mengingat perbuatannya yang sudah sangat keterlaluan. 

"Tidak" ucap Winter, sebenarnya ia hanya menguji reaksi sang istri, bohong jika ia tidak mencintai istrinya, rasa itu masih ada dan masih sama.

"Hiks hiks j-jika itu benar a-aku ingin pisah saja, aku akan membiarkan kamu bahagia dengan orang yang kau cintai" ucap Azelia segugukan.

Mendengar jawaban sang istri Winter terkejut, ia menyangka kalau Azelia akan mengatakan itu, rasanya tidak mungkin jika ia mencintai orang lain.

"Aku masih mencintaimu, rasanya masih sama" ucap Winter lalu mengambil salah satu tangan Azelia yang tidak terkena siraman sayur tadi. Lalu membawanya ke dadanya.

"Kamu rasakan ini, rasanya masih sama saat pertama kali aku melihat mu, rasa itu tidak pernah hilang" ucap Winter menatap mata coklat milik sang istri.

"B-benarkah?" tanya Azelia, ia masih tak percaya, ternyata suaminya masih mencintainya. Mendengar ucapan sang istri seketika membuat Winter bahagia, itu berarti Azelia masih mengharapkan nya.

Saat akan menjawab seketika pintu dibuka, ternyata dia adalah Alvaro, ia sangat khawatir dengan sang mommy, itu pasti rasanya sangat sakit.

Melihat sang anak seketika Azelia langsung menghapus semua air matanya. Rasanya hari ini Azelia sangat bahagia, biarlah ia sakit jika itu membuat anak dan suaminya perhatian kepadanya.

"Al, ada apa" tanya Azelia lembut.

"Apakah itu masih sakit" tanya Alvaro dengan nada bergetar, semua tentang mommy nya ia lemah, walau seperti apapun sikap sang mommy kepadanya, yang ia yakini mommy nya pasti sayang kepadanya, dan lihat sekarang mommy nya telah menyayangi nya.

Mendengar ucapan Alvaro, seketika hati Azelia menghangat, rasanya ia tak pantas mendapatkan perhatian dari anaknya ini mengingat semua sikapnya.

"T-tidak apa Al, ini tidak sakit lagi, tadi sudah diobati oleh Daddy" ucap Azelia, seketika Alvaro tersenyum kepada sang ayah dan dibalas anggukan oleh Winter karena mengerti maksud anaknya, Alvaro mengucapkan terimakasih kepadanya secara tidak langsung.

Setelah mengucapkan itu, Azelia langsung memeluk Alvaro, Alvaro yang mendapatkan pelukan seketika tangis yang ditahan Alvaro tadi pecah.

"Tidak apa, ini tidak sakit, apakah Al sudah makan" tanya Azelia setelah pelukan mereka selesai, yang dibalas gelengan oleh Alvaro.

"Ayo kita makan" ajak Azelia lalu menarik tangan sang anak, saat keluar dari pintu ia mengingat bahwa masih ada Winter, disana Winter memperhatikan mereka lebih tepatnya Azelia.

"Winter, ayo, kamu belum makan kan" ajak Azelia lembut yang dibalas anggukan oleh Winter, lalu mereka pergi ke meja makan, sesekali Alvaro memberi candaan kepada sang mommy.

Jangan lupa vote dan komen yaaaa, luvyuuu 🥰

Sorry, I'm BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang