46.

4.1K 122 60
                                    

Plak

"Aw, kenapa saya ditampar." Ucap wanita muda itu kesal.

"Saya udah ngasih se gudang racun buat di campur ke susu wanita hamil itu, tetapi kenapa dia masih sehat sehat saja." Ucap wanita dengan pakaian non belanda itu dengan nada tinggi.

"Saya tidak tau, apapun yang kamu suruh saya melakukannya." Ucap wanita muda itu dengan nada tinggi pula.

"Lalu kenapa wanita dan anaknya masih selamat, sialan." Ucap wanita dengan gaya noni noni belanda itu kesal.

Wanita muda tersebut hanya menggeleng pertanda ia tak tau, yang membuat noni noni belanda itu kesal.

"Kau... laporkan keadaan rumah itu." Suruhnya

"Di rumah sakit itu hanya mereka bertiga dan berempat dengan bayi itu, anaknya yang lain berada di rumah." Ucap wanita muda itu, akhirnya dibalas dengan anggukan, tiba-tiba dia tertawa pelan.

"Ha-haus." Winter yang masih bermenung saat angka jam telah menunjukkan angka tiga pagi pun mendongak saat mendengar suara parau, itu... suara Azelia, sang istri.

Langsung saja Winter mengambil air minum dan menolong Azelia dengan sebuah sedotan.

"Gimana keadaan kamu, ada yang sakit?." Tanya Winter dengan senyum kecil, melihat itupun Azelia hanya membalas dengan senyuman kecil pula pertanda ia tak merasakan apapun.

"Dedek bayinya dimana?." Tanya Azelia panik saat menyadari perutnya telah rata.

"Tenang sayang, Jelena di ruangan khusus bayi, Jeffran yang ngawasin." Ucap Winter lembut sambil mencium kening Azelia.

"Je-jelena?." Tanya Azelia memastikan jika ia tak salah dengar.

"Iya, Jelena Nola Szilaya." Ucap Winter, mendengar itupun Azelia matanya langsung berkaca-kaca.

"Namanya cantik banget." Puji Azelia dengan tawa kecil.

"Iya, sama kayak mommy nya."

"Ohiya anak-anak yang lain dimana?." Tanya Azelia berusaha mengalihkan topik.

Pasalnya Azelia tak bisa menahan senyum, bekas jahitannya masih terasa sakit.

"Mereka semuanya dirumah, kasian kalau tengah malam di rumah sakit." Ucap Winter, Azelia hanya mengangguk angguk paham.

"Makasih ya sayang." Ucap Winter dengan menatap mata Azelia dalam.

Nampak dahi Azelia mengerut pertanda ia tak paham. "For what?." Tanya Azelia.

"For everything." Ucap Winter, Azelia mengangguk dan melebarkan senyumnya.

"Harusnya aku yang minta terima kasih, kamu udah memaafkan sikap-sikap aku yang dulu yang mengabaikan kamu dan anak-anak." Ucap Azelia sendu.

"Stop Azelia, stop bahas itu semua, aku muak, itu hanya masalalu, yang terpenting kita sekarang udah bahagia, aku ngerasa jadi orang paling beruntung bertemu sama kamu." Ucap Winter, Azelia tertawa, ia memukul lengan Winter pelan.

"Aku-aku mau liat Jelena." Ucap Azelia tiba-tiba.

"Kalau besok aja gimana, kondisi kamu masih belum stabil." Ucap Winter berusaha mengurungkan niat Azelia.

"Gak mau, aku kan bisa pake kursi roda atau something like that." Balas Azelia berusaha meyakinkan Winter.

Winter menghela nafas karena kekerasan kepala istrinya ini.

"Ok, tunggu disini, aku ambil kursi rodanya dulu." Ucapan Winter langsung dibalas anggukan semangat oleh Azelia.

Winter berjalan keluar untuk mengambil kursi roda, agar sang istri bisa melihat anak nya.

Sedangkan Azelia sendiri hanya terdiam sambil memperhatikan Winter yang perlahan-lahan menghilang dari pintu.

Azelia menghela nafas, ia bahagia, sangat bahagia.

Tapi entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya. Hati Azelia entah kenapa terasa kosong.

Azelia menggelengkan kepalanya, apa yang ia pikirkan, jelas-jelas bayinya baru lahir, buah hati nya bersama Winter, bagaimana bisa ia berpikir jika hati nya ada terasa kosong.

Azelia memukul-mukul kepalanya dengan kuat.

"Ah, shhh." Tangan nya langsung berhenti memukul saat merasa nyeri di perut nya. Astaga bisa-bisanya ia melupakan fakta bahwa perutnya baru saja di belah, omg.

Azelia menghela nafas dan memilih untuk bermenung sambil menunggu kedatangan sang suami.

Azelia sudah tak sabar untuk melihat bayi mungil nan imut nan lucu yang telah ia nanti nantikan selama ini.

Walau Azelia tetap tak bisa menampik rasa kosong dan hampa di dalam hatinya.

Azelia tersenyum kecil saat melihat Winter yang masuk sambil mendorong kursi roda.

Azelia menggaruk kepala nya yang tidak gatal, apakah Winter marah? Pasalnya pria itu hanya memandang wajah dingin tak kasat mata, yang membuat Azelia sendiri cemas.

Winter mendekat kepada Azelia dan mulai menggendong sang istri yang saat ini terlihat kebingungan.

"Ada yang salah?." Tanya Winter dengan kening berkerut.

Azelia yang mendengar itu langsung menggeleng dengan cepat.

Setelah beberapa saat ahirnya Winter mengangguk dan kemudian mulai mendorong kursi roda tersebut setelah Azelia dipastikan duduk dengan nyaman.

"Kenapa tiba-tiba kamu kasih nama Jelena?." Tanya Azelia saat mereka sedang dalam perjalanan ke ruangan sang anak.

"Karena artinya cahaya, i think she is cahaya for our life, did u know right?, dia yang ngebuat hubungan kita semakin erat."

Azelia mengangguk kecil mendengar penjelasan dari pria itu, matanya hingga berkaca-kaca. Benar pria di belakang nya ini benar-benar susah sekali di tebak.

Akhirnya mereka tiba di ruangan tempat Jelena di rawat. Winter mendorong Jelena ke arah kaca tembus pandang di sana.

Dapat dilihat beberapa bayi dengan kondisi yang sama.

"Jelena yang mana?." Tanya Azelia bingung.

"Itu yang inkubatornya warna Pink."

Azelia mengerutkan kening mendengar itu, kenapa sang anak berbeda dari yang lain?.

"Kenapa Jelena beda dari yang lain?." Tanya Azelia sambil terkekeh pelan. Ia tak sanggup lagi menahan air mata.

Air mata Azelia perlahan turun sambil menatap sang anak yang terlihat dengan benda-benda asing yang melekat di dirinya.

"Karena aku ingin kita semua langsung mengarah ke dia, aku ingin perhatian kita hanya pada Jelena." Jelas Winter setelah beberapa saat, sambil mengelus-ngelus rambut kusut milik Azelia.

Winter mengelus air mata yang turun.

"Am i a bad mom again, right?." Tanya Azelia bergetar sambil melihat mata Winter.

Baru saja akan menjawab panggilan seseorang mengalihkan pandangan mereka.

Leandro datang dengan badan yang bergetar dan berlumuran darah.

"Mo-mom...." suara rintih itu memecahkan keheningan yang sempat tercipta sesaat.

Gimana kangen gak sama mereka, maaf ya lama banget up nya, vote dan komen yang banyak dong klo mau lanjut, ayooo para readerssss....

Eh menurut kalian si Leandro ini kenapa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry, I'm BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang